Beberapa hari kemudian.
Nicky telah selesai membereskan barangnya. Ia menarik kopernya keluar dari rumahnya. Mengunci untuk terakhir kalinya.
Nicky menghela napas.
Suara pintu terbuka terdengar di gendang telinga Nicky. Yuri, tetangganya sekaligus teman sekolahnya, menghampiri Nicky.
Nicky memeluk Yuri. Yuri menepuk-nepuk punggung Nicky. Mereka berdua akan berpisah, Yuri pulang ke Korea Selatan, sedangkan Nicky ke Surakarta menimba ilmu di universitas yang bergerak dibidang seni.
Perjalanan Nicky lebih awal daripada Yuri yang berangkat dua hari lagi. Mengetahui hal itu hari sebelum Nicky pergi, Yuri siap-siap memesan makanan membekali Nicky diperjalanan.
Perjalanan sekitar 6 jam, Yuri membekali Nicky bento.
Perpisahan hangat antara mereka membuat Nicky tersentuh. Nicky ingin menangis, tetapi setelah ia timbang, moment ini bukan hal yang tepat bila dihiasi tangisan. Dalam hati Nicky bersyukur menemui orang yang nyata, apa adanya seperti Yuri. Dia satu-satunya yang nyata bagi Nicky.
Berat meskipun begitu hidup harus tetap berlanjut. Sulit meninggalkan kenyamanan berada disekitar Yuri, kenyataanya. Hingga suara bell lift berbunyi, Nicky menatap sahabatnya. Melambai terakhir kalinya. Yuri tau Nicky enggan pergi, menurut Yuri, Nicky polos karena Nicky berpikir begitu.
Senyuman perpisahan Yuri berikan. Saat lift tertutup Yuri mengetahui kegelisahan yang Nicky rasa. Baru saja tertutup Yuri sudah merindukan Nicky, merasa sesuatu didirinya berkurang.
Lantas Yuri tersenyum. Ia baru menyadari bahwa sosok sahabat yang 'sempurnanya' yang didambakan orang-orang, seperti selalu ada setiap saat, membalas pesan tepat waktu, ketika susah ditemani, mempunyai barang yang sama atau bahkan musuh mu menjadi musuh ku.
Semua hal itu tabu.
Definisi sahabat bukan seperti itu. Sahabat ialah orang yang walaupun jarang SMS tapi sering ngobrol bareng, jarang bertemu tetapi ketika bertemu uneg-uneg bisa sekali lepas, tau sifat masing-masing yang membuat ketika kecewa satu sama lain hanya bertahan sekejap lalu berbaikan.
Orang yang tau bagaimana kita tanpa harus jadi bayangan yang mengikuti dimana pun kapan pun.
Itulah arti sahabat. Dan itu Nicky orangnya, bagi Yuri.
~
Tink! Tink! Tink! Tink!
Bell rumah Yuri berbunyi nyaring. Suara yang mendesak itu mendidihkan dada Yuri. Ia membuka pintu, penampakan Muza kebinggungan membuatnya heran.
"Dimana Nicky, aku telpon, WA, gak diangkat. Tadi aku check ke bawah katanya Nicky udah jual apartment-nya?" Muza kebingungan.
Yuri hendak membalas sesingkat mungkin.
Setelah Yuri pikir, di depannya bukan cowok 'bener', Yuri lantas bertanya buat apa memberitahu Muza.
"Nggak tau," buru-buru Yuri menutup pintu, sayangnya kaki kiri Muza berhasil mengganjal pintu supaya tak tertutup.
Kini Muza mengerti Yuri enggan memberitahunya. Kesal, tentu saja, Muza merasa tak pernah mengganggu Yuri. Tingkah Yuri seolah-olah menandakan Muza orang jahat yang akan menyakiti Nicky. Melindungi keberadaan Nicky darinya.