Epilog
Yuri
~Mungkin sejak aku mendengar mereka dengan mudah menilaiku, atau aku lelah dengan mereka maka dari itu aku mengiyakan kata-kata mereka. Tanpa mereka tau.
Masa bodoh dengan cacian. Hatiku sudah keras oleh fitnah, prasangka buruk dan kesalah-pahaman.
Aku capek menyangkal ucapan mereka seperti mengataiku perebut pacar orang. Padahal mereka yang datang, bertingkah sok manis, aku tanggapin aja enggak, mereka saja yang terlalu percaya diri hingga menyangka aku juga suka mereka. Paling bodoh adalah si ceweknya yang beranggapan aku yang duluan menggoda.
Sangat “TIDAK”, nggak banget, dari sisi cewek apalagi yang cowok! Hahhh! Masa-masa remajaku tercemar oleh mereka. Sia-sia waktuku.
Aku benar-benar berharap kehidupanku selanjutnya lebih baik dari kehidupanku dimasa remaja ini.
Tapi setidaknya aku bertemu dengan Nicky. Aku sempat salah paham dengan dirinya. Sayangnya kesalahan pahaman itu terjelaskan diakhir waktu.
Tentu aku menyesal. Kata Nicky ambil apa yang sudah terjadi dilampau, pelajarannya, lalu gunakan itu sebagai pengingat supaya aku tak mengulangi kejadian apa yang aku lakukan atau alami dahulu.
Maka dari itu aku makin mantap dengan masa depanku. Kebaikan Nicky meringankan langkah ku.
Kini aku harus berpikir. Aku akan menjadi pengusaha saja
atau masuk didunia model?
Atau makanan?
Semoga berjalan dengan lancar.
Masa depanku tolong berpihaklah padaku!~
Nicky
~Aku tau, aku adalah salah tau dari sekian manusia, usia belasan tahun, dimuka bumi ini, yang mendapatkan pengalaman buruk dimasa sekolah.
Orang-orang bilang masih enak masa sekolah SMA, tetapi yang aku rasakan pahit saja. Aku melihat satu kelas banyak kubu. Banyak sandiwara, seperti mereka saling mengatai buruk tapi waktu bersama, seperti tidak ada apa-apa, atau bisa kita sebut air yang tenang tapi gemuruh di dalam.
Ya, kenapa mereka tidak jujur dengan perasaan. Setidaknya bicara daripada membuat pecah lalu menjadi kubu.
Lalu mengapa mereka mengkomsumsi privasi orang. Mengorek kehidupan orang lain, lalu memberi opini, opini hal yang paling berbahaya karena bukan fakta hanya berdasarkan “katanya” saja.
Ada apa dengan mereka menghiasi masa muda dengan hal gibah, cowok dan cinta saja. Padahal masa depan awal paling penting ketika kita masih remaja. Ketika kita merencanakan lebih awal, hasilnya lebih banyak, lebih matang.
Aku sering heran dengan kata, “Mumpung muda, seneng-seneng dulu.”
Ya karena mumpung muda, masih produktif harus membuat rencana untuk senang-senang kedepan. Aku pikir kita tidak harus senang-senang waktu muda saja, kita harus senang mumpung hidup.
Kekecewaanku adalah hal tabu. Setidaknya aku tidak seperti mereka.
Itu saja.
Semoga lembaran baruku, penuh dengan yang aku inginkan. Amin.
Selamat tinggal masa remaja, terimakasih atas pembelajaran hidup. ~