Wanita itu berjalan di atas lututnya. Rambut yang dicepol ala kadarnya serta pakaian yang masih sama dengan terakhir kali ia meninggalkan kantor kemarin malam menyiratkan bahwa gadis itu benar-benar sangat terlambat.
Ayunanti menyusuri lorong menuju ruangannya dengan sedikit terburu-buru. Sebuah anugerah ketika ia berpapasan dengan Lucy yang baru saja keluar dari toilet yang dilewatinya.
Gadis itu segera menyeret lengan Lucy kembali masuk ke toilet.
"Cepat, lepas kemejamu," pinta Ayunanti tidak sabar pada sahabatnya.
"What!" Lucy mendekap dadanya sendiri, membuat perlindungan dengan kedua tangannya.
"Ck!" Ayunanti memutar bola matanya. "Siapa juga yang mau memperkosa kamu. Kita bertukar."
"Apanya?"
"Pakaian kita. Apalagi?"
"Kamu gila!"
"Please," ucap Ayunanti dengan tatapan memohon.
"Tukar dengan sepatu kamu yang kemarin, Gue mau."
"Najis, kelGuean tidak mau rugi," umpat Ayunanti pada sahabatnya.
Ayunanti melepas pakaian atasnya dengan sangat cepat lalu menukarnya dengan milik Lucy.
Lantas, gadis itu segera memakai kemeja yang baru saja diterimanya dan mulai mengancing satu per satu kemeja tersebut. "Ya ampun, ini model apaan sih...." protes Ayunanti ketika menyadari baju yang dikenakannya memiliki kerah leher yang begitu rendah.
"Masih mending daripada kamu telanjang."
"Tapi, ini .... Ya Tuhan, Gue seperti wanita jalang yang mau menggoda suami orang." Ayunanti kembali bercermin di depan cermin yang tersedia di toilet tersebut.
"Maksud kamu, selerGue setipe dengan wanita jalang!!" Protes Lucy tidak terima. "Sini, balikin kemeja Gue. Gue juga ogah pakai kemeja kamu, yang ...." Lucy menyumbat hidung dengan jarinya, "Bekas kamu pakai buat lap ingus'."
"Sembarangan, kamu. Celananya?" Pinta Ayunanti tanpa mengindahkan olok-olok Lucy.