GOOD NIGHT DEAR

Embart nugroho
Chapter #2

Kenangan Dua Tahun Lalu

Hidup ini adalah pilihan. Semua kenangan akan terlintas saat kita melewati dimensi lain. Dimensi yang mengantarkan kita pada sebuah keabadian.

Seperti hari ini, aku mengingat kenangan masa lalu.

Masa dimana cerita cinta itu dimulai dan aku terjebak pada satu masa.

 

 

Medan, 2016. Nadia kembali ke tiga tahun lalu. Ia melihat masa lalunya, saat ia tak sadarkan diri dalam kecelakaan. Ia berada di kamar dan tengah tertidur pulas.

Cahaya matahari pagi menerobos kisi-kisi jendela kamar Nadia yang masih terlelap di tempat tidurnya. Ia tampak pulas dengan dengkurannya yang lebih mirip suara kodok jika musim hujan. Memang sudah menjadi kebiasaan buruk Nadia jika tidur mengeluarkan suara dengkuran.  Lihat saja, posisi tidurnya yang urakan dengan gaya terlentang dan mulut menganga lebar. Beruntung di kamarnya tidak ada lalat, atau binatang lain yang hinggap ke dalam mulutnya. Jika itu terjadi, mungkin Nadia akan kapok tidur dengan mulut menganga.

Nadia tidak begitu peduli dengan posisi tidurnya yang menurut mama sebagai lambang kecuekan Nadia.  

Jam dinding menunjukan pukul tujuh, tetapi Nadia masih enggan untuk membuka kelopak matanya yang terasa berat. Ia asyik memeluk boneka Beruang kesayangannya, Teddy Bear yang ia dapat dari Papa setahun lalu. Nadia juga masih asik bergelut dengan sisa-sisa mimpi indah semalam, bertemu dengan pangeran tampan dari negeri dongeng.

Kasur empuk menenggelamkan gelora emosinya, dan semilir angin pagi yang masuk melalui celah jendela bagai membelai-belai indah.

KRIIIINNGGG.... KRIIIIIIINNGG!

Jam weker berdering beberapa kali. Tangan Nadia menekan tombol off, lalu kembali memejamkan mata dan menarik selimutnya. Tak berapa lama terdengar suara ketukan dari luar.

Tok... tok... tok...

“Nadiaaa! Kamu sudah bangun?” tanya Mama seraya berteriak dari luar.

Gadis berusia Sembilan belas tahun itu masih memejamkan matanya dan tidak peduli dengan teriakan Mama. Ia masih sangat mengantuk.

“Nadiaaa!!!” Panggil mama sekali lagi.

Dengan malas Nadia menjawab panggilan Mama.

“Iya, Maaa. Ada apa sih pake teriak-teriak segala? Nadia masih ngantuk, nih.” Sahut Nadia dengan mata masih terpejam.

Mama membuka pintu kamar Nadia yang ternyata tidak terkunci. Mama geleng-geleng kepala melihat kamar anak gadisnya yang berantakan seperti kapal pecah. Baju-baju, jaket, dan celana jeans berserakan di lantai.

“Ya ampuuunn, nih anak nggak ada rapi-rapinya. Nadia, Nadia.... kamu itu sudah dewasa. Masa kamar anak gadis berantakan begini?” Mama terus nyerocos.

Nadia tidak peduli dengan ocehan mama. Ia kembali mendengkur pelan dan melanjutkan mimpinya.

“Nadiaaa, bangun! Kamu nggak jadi berangkat? Pesawatmu jam 9, loh.” Ucap Mama sambil merapikan pakaian Nadia. 

“Pesawat apaan sih, Ma?” tanya Nadia masih belum sadar dan bermalasan. Mungkin kalau ada gempa bumi sekali pun dikiranya sedang mimpi main-main ombak di Hawaii.

“Memangnya kamu nggak jadi berangkat ke Kuala Lumpur? Ya udah tidur aja lagi.”

“Eh?!! Kuala Lumpur?” Seketika kedua bola mata Nadia terbelalak. Ia baru ingat kalau hari ini adalah jadwal keberangkatannya.

Oh my God!” Pekik Nadia sambil buru-buru bangkit dari tempat tidurnya. Ia mengucek kedua mata sembari berjalan mencari handuk.

Lihat selengkapnya