"Pa, aku gak mau ambil fakultas kedokteran. Passion aku itu modelling bukan dokter," ucap Salsa dengan nada yang sedikit meninggi.
"Buat apa jadi model? Papa itu dukung kamu di kedokteran, semua biaya akan Papa tanggung, Sal," ujar Brama sebagai ayah kandungnya Salsa.
"Aku tetep gak mau!" tolak Salsa yang marah karena papanya dari dulu terus memaksanya untuk masuk kedokteran.
"Pa, mama setuju aja kok kalau Salsa jadi model, dia cantik terus berbakat di bidang itu." Sania sebagai mamanya yang mendukung Salsa. Maka dari itu, Salsa selalu ditemani mamanya dan sebagai tempat curhat keluh kesalnya.
"Mama lagi sama aja, mama harusnya dukung Salsa buat jadi dokter. Sekarang itu model udah gak menjamin, kalau karier Salsa naik bagus tapi yakin pasti turun dratis kalau ada problem. Bahkan kesalapahaman juga di permasalahkan. Mau nanti Salsa jadi bahan omongan publik yang tau sendiri warga Indonesia secepat apa mempublikasikan ke sosial media?" Brama marah, tentu saja karena dirinya seorang ayah yang memikirkan masa depan anaknya. Tapi anaknya yang tidak mengerti.
Salsa hanya menghembuskan napasnya kasar. Ia memilih naik ke atas menuju kamarnya daripada mendengar ceramah dari ayahnya. Pintu kamarnya tertutup rapat, Salsa menghempaskan tubuhnya ke atas kasur sambil menatap langit-langit kamarnya.
Salsa pikir apa yang dirinya mau akan terpenuhi. Tetapi tidak semua berjalan sesuai rencananya. Salsa ingin jadi model dan artis terkenal. Salsa tipe orang yang ingin dikenal banyak orang, tapi ia benar-benar memilih dalam pertemanan. Semua temannya harus sederajat dengannya.
"Salsa," panggil Sania sambil mengetuk pintu kamar Salsa.
Salsa langsung berdiri mendengar suara mamanya memanggil. Ia langsung membuka pintu kamarnya yang menampakkan sosok mamanya. "Ada apa, Ma?"
"Besok kita coba ke temen Mama yang di model itu," kata Sanua memberitahu Salsa.
"Serius, Ma?" Raut wajah Salsa menjadi bahagia mendengarnya.
"Iya serius, kamu gak usah denger kata papa. Mama dukung semua kemauan kamu ya," ujar Sania sambil mengelus rambut putrinya itu.
"Makasih, Ma." Salsa memeluk mamanya senang karena saat ini mamanya yang selalu mendukung apa pun kemauan dirinya.
* * *
"Sal, coba lo liat pengumuman SNMPTN kapan?"
"Kok nanya ke gue? Emang gue adminnya apa atau gue yang ngurusnya?" Salsa berkata sambil memasukkan dompet dan liptint ke dalam tas selempangnya.
Di sebrang sana Aura tertawa. "Parah emang lo, Sal! Lo gak peduli hal itu?"
"Kata lo SNMPTN pasti menjamin, terus gue harus khawatir gitu?"
"Sal, maksud gue bukan itu, lo harus tau kalau--"
"Stop, Ra! Gue mau pergi dulu sama nyokap. Gue calon model ya."
"What? Serius lo? Emang bokap ngedukung lo? Bukannya--"