Bus yang di tumpangi Ucie dan teman lainnya tiba di stasiun Bukit Bintang siang hari. Matahari seperti bara api yang panas dan memanggang manusia di bawahnya. Panasnya sampai ke ubun-ubun kepala.
Mereka turun sambil membawa koper masing-masing. Cekakak-cekikik sambil bercerita mereka akan bertualang di Kuala Lumpur. Tiba-tiba saja Ucie kaget setengah mati. Ia tidak melihat sosok Nadia.
“Nadia kemana?” tanyanya ke Vina dan Neny. Mereka celingukan mencari sosok Nadia.
“Mana aku tahu?” kata Vina sambil mengangkat bahunya.
“Lah, tadi bukannya ikut dengan kita naik bus?” tanya Neny.
Ucie terlihat cemas dan memeriksa bus yang sudah berhenti. “Coba aja lihat dulu di bus itu, siapa tahu dia molor lagi.” Kata Ucie.
Ucie bergegas menghampiri bus yang mereka tumpangi tadi. Matanya mengedar memperhatikan kursi-kursi penumpang. Nadia tidak ada di dalam bus. Ucie kembali menyisir setiap bangku dan hasilnya nihil.
“Yaampuun, Nadia nggak ada. Kemana anak itu?” Uci menggigit bibirnya dengan cemas. Ia turun lagi dengan perasaan tidak karuan. Wajahnya terlihat pias dan semakin gelisah.
“Gimana?” tanya Neny.
Ucie menggelengkan kepalanya dengan tidak semangat. “Nadia nggak ada di bus. Pasti dia salah naik bus. Aduuhhh, gimana nih?” Ucie terlihat panik. Kepalanya seperti ditumpuki berton-ton batu.
Keempatnya menghela kesal.
“Tuh anak memang keterlaluan banget ya. Dari bandara bikin cemas naik bus juga salah! Aku enggak mau tahu tentang Nadia. Aku mau liburan dan bukan mencari anak hilang!” Kata Vina ketus.
“Vin, Nadia kan temen kita juga. Kasihan kalau dia sampai tersesat.” Kata Ucie.
“Rasain!” Rutuk Vina kesal sambil melipat tangannya.
“Trus kita harus gimana?” tanya Neny yang juga merasa kasihan melihat Nadia.
“Mending kita cari penginapan dulu, biar nggak berat bawa-bawa koper kesana-kemari. Kayak orang mudik aja. Habis itu kita cari Nadia.” Usul Tanti menengahi perdebatan mereka.
“Mau cari kemana? Mau balik lagi ke KL Central? Enggak ah. Capek!” protes Vina sewot.
Ucie hanya bisa diam dan menarik nafas pelan. Dia juga sudah cukup lelah dengan perjalanan mereka.
“Kasihan Nadia, Vin… Diakan belum pernah ke Kuala Lumpur.” Yang lai berkomentar.
“Trus kita mau ngapain? Tuh anak dari pertama juga udah nyebelin. Nggak pernah konsisten.” Lagi-lagi Vina sewot.
“Sudah-sudah. Kita cari penginapan dulu,” potong Neny. “Kalau bertengkar terus kita nggak bisa cari jalan keluarnya.” Kata Neny sambil menarik kopernya.