Goresan Pena Azmia (catatan kecil Bram)

R Hani Nur'aeni
Chapter #7

Chapter #7 KEINGINAN AZMIA (merajut cinta, mei 2017)

AZMIA

Bram duduk di teras rumah dengan semua pendamping setianya. Aku menemani Mahira hingga dia lelap tertidur, baru kemudian bergabung bersama Bram.

“Bram, kita akan punya bayi lagi,” ucapku sedikit ragu.

“Alhamdulillah, sudah tua masih dikasih rezeki,” ungkapnya bersemangat sambil memandangku.

“Kamu... kamu kelihatan gembira aku hamil, Bram?” tanyaku.

Melihat ekpresi ceria dari wajahnya, ada sedikit semangat untuk menerima kehamilan ini.

“Ya iyalah, rezeki masa ditolak. Mahira sangat senang mau punya adik. Dia mau adik perempuan,” jawab Bram.

Ia tersenyum menatapku, lalu kembali fokus pada ponsel yang sedari tadi asyik dimainkannya. Keyakinan yang tergambar di mata Bram membuat tenang, berusaha  meyakinkan diri sendiri, semua akan baik-baik saja. Memandandangi wajahnya – ia sibuk mengepulkan asap dari mulutnya – lelaki  yang hidup bersamaku selama 17 belas tahun. 

Tiba-tiba, pikiran tersedot melintasi lorong waktu. Begitu keras keinginan aku untuk berpisah darinya. Rasa benci padanya sudah mencapai puncak, berpisah adalah jalan terbaik yang ada dalam pikiran ketika itu.

Tema riba yang dibahas dalam kajian mingguan yang diikuti Bram membuat ia mengambil keputusan besar dalam kehidupan kami. Dia ingin hijrah, berhenti dari pekerjaannya, berjanji akan berubah demi aku dan kedua anaknya. Jabatan manager dengan gaji seharga motor Kawasaki Ninja di tahun 2010, di sebuah perusahaan leasing kendaraan bermotor tidak menghalangi keinginannya. Tawaran kenaikan gaji dan promosi jabatan pun tidak digubris olehnya.

Sebagai istri hanya mengikuti sang nahkoda kapal membentangkan layarnya, ke tempat yang ia tuju. Yang memancing kemarahan, secara diam-diam ia menggunakan uang tabungan. Memberikan uang tabungan kami pada orang-orang yang dianggapnya sahabat. Padahal sebelumnya sudah disepakati mengenai pengelolaan keuangan, aku yang akan mengurus semuanya.

Kenyataannya, hasil usaha yang dijanjikan oleh sahabat-sahabatnya itu tidak berbuah manis seperti yang dijanjikan. Uang kami dibawa kabur, mereka meninggalkan beban hutang pada kami.

Lihat selengkapnya