AZMIA
Hari ini aku mengajak Bi Mun belanja bulanan, stok di rumah sudah menipis. Di dalam mobil menuju supermarket, di radio mengalun lagu dari Calum Scott – You Are The Reason. Tanpa sadar ikut menyanyikan lagu di bagian...
And if I could turn back the clok
I`d make sure the light defeated the dark
I`d spend every hour, of every day
Keeping you safe
And I climb every mountain
And swim every ocean
Just to be with you
And fix what I`ve broken
Oh, cause I need you to see
That you are teh reason (I don`t wanna to fight no more)
Tiba-tiba, Bi Mun menyela.
“Bu, maaf ya kalau Bi Mun kurang sopan.”
Aku memalingkan wajah ke arah Bi Mun, yang duduk di sebelahku. Tersenyum padanya, sambil terus mendengarkan lagu tadi.
“Kenapa, Bi Mun?”
“Ibu, mau sampai kapan kayak gini? Kasihan Mahira dan Kakang, mereka masih membutuhkan Ibu. Kesehatan Ibu terus menurun, sudah tiga kali saya antar ke rumah sakit, tapi bapak enggak boleh tahu.”
Aku menelan ludah mendengar perkataan Bi Mun, bibir bergetar ingin bicara tapi tidak ada kata-kata dapat terucap. Menyetir sambil sesekali memandangi Bi Mun, wanita tua yang baik, sayang pada anak-anak, sangat perhatian, dan pandai menjaga rahasia.
“Bi Mun, saya harus gimana? Kehilangan Mica membuat saya kehilangan arah hidup.”
Kami diam sesaat, kemudian Bi Mun memecahkan kebisuan.
“Saya yakin ibu bisa menjalaninya, tidak boleh menyerah. Ada Kakang, Mahira, bapak juga menghawatirkan ibu. Hampir setiap hari bapak menelepon saya, bertanya tentang ibu yang jarang ada di rumah.”
Aku kaget mendengar ucapan Bi Mun, Bram bertanya pada Bi Mun mengenai aku.
“Maksudnya gimana, Bi Mun? Bapak telepon Bi Mun? Tanya tentang saya?”
Bi Mun mengangguk, ia bilang awalnya menutupi semuanya, tapi ternyata Bram tahu kalau aku jarang ada di rumah.
“Biarkan bapak mau mikir apa, yang penting saat Mahira pulang saya sudah di rumah.”
“Bukan karena sering perginya, Bu. tapi bapak watir dengan keadaan Ibu.”
“Bi Mun, nggak bilang sakit saya ke bapak, kan?”