“Hai, Bram, sudah lama tidak menggoreskan pena untukmu, seperti dulu ketika kita baru berkenalan. Masih ingatkah kamu, Bram?
‘Lelaki istimewa untuk Bunda’, begitu Bunda menyebut dirimu. Ternyata benar, kau begitu istimewa, meskipun bukan lelaki sempurna. Begitu sering kau menyakiti hati dan mengecewakan, tetapi kau yang terbaik untukku, untuk anak-anak kita. Cinta tak bersyarat yang kau miliki akhirnya bisa kupahami.
Tahukah kamu, Bram, Bi Mun mengajakku ke Masjid Raya, mengikuti kajian mingguan yang rutin diikutinya. Ibu Fahri, yang mengisi tausiah waktu itu, membahas Surah Al-Ashr, surah ke-103 juz 30, sebuah surat pendek yang diturunkan di kota Makkah. Surah itu sangat pendek, tetapi isinya sangatlah dalam:
‘Demi masa. Sungguh, manusia berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati dalam kebenaran dan saling menasehati dalam kesabaran.’
Kehidupan di dunia ini hanya sebentar, Bram. Entah berapa lama lagi waktu yang diberikan untukku. Tidak, aku tidak mau menyia-nyiakannya lagi, ingin memberikan yang terbaik untukmu, Mahira, dan Kakang.