Setelah koma selama lima hari, Azmia terbangun dari tidur panjangnya. Ia melihat Bram duduk disamping ranjang, tertidur pulas, wajahnya sangat pucat dan kusut. Dengan suara lemah, ia memanggil...
“Braamm...” panggil Azmia dengan lemah.
Tidak ada respon, rupanya Bram sangat lelah setelah beberapa malam ia tidak tidur menunggu, berharap, dan berdoa tanpa putus agar Azmia segera sadar. Sekali lagi Azmia memanggil namanya, meskipun sulit – badannya terasa lemah tak bertenaga. Ia berusaha sedikit lebih kencang agar terdengar.
“Braamm...!” panggil Azmia sedikit kencang.
Sambil menggoyang-goyangkan tangannya, berusaha membangunkan Bram. Setelah beberapa saat akhirnya Bram bangun dan tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Ia mengedip-ngedipkan mata, berpikir apakah mimpi atau nyata, Azmia sadar dan mengusap lembut tangannya.
“Mia...?!” pekik Bram
Azmia tersenyum lemah padanya, ingin sekali memeluk lelaki itu, tapi apa daya, kondisi tubuhnya tidak sepaham dengan keinginannya.
“Suster...!!!” teriak Bram sambil memijat bell di samping ranjang.
“Mia, akhirnya...!” jerit Bram sambil mencium pipi Azmia, mengungkapkan rasa bahagianya. Ia sangat ingin memeluk Azmia, tapi berbagai peralatan yang menempel tidak memungkinkan untuk itu.
Beberapa suster datang tergesa-gesa masuk ke dalam kamar, mereka turut senang karena Azmia sudah sadar.
“Dokter Martin sedang menuju kemari, pak,” ucap salah seorang suster, sedangkan suster lainnya mengecek kondisi Azmia.
Bagaikan bangun dari mimpi, Azmia tidak tahu bahwa ia tidak sadarkan diri selama lima hari. Ia bercerita, yang dirasakan olehnya hanya tidur dan bermimpi bertemu Mica, ia diajak ke sebuah taman dengan bermacam-macam bunga, warna-warnanya sangat indah, dan harum baunya. Kemudian datang Ayah dan Bunda membawa makanan dan minuman bermacam-macam. Kata Azmia, seolah-olah mereka sedang piknik.
Setelah menikmati makan dan minum bersama, Mica menyuruh Azmia pulang. Meskipun Azmia memaksa ingin tinggal bersama Mica, Ayah dan Bundanya tidak mengijinkan, mereka memaksa Azmia untuk pulang. Kata Mica, ada yang menunggu Ibu pulang yaitu Mahira, Kakang, dan Bapak.