Menurut perkiraan atau lebih dikenal dengan sebutan HPL – Hari Perkiraan Lahir, satu minggu lagi Desy akan melahirkan. Dibantu Azmia dan Mytha ia merapikan kamar, menyiapkan berbagai kebutuhan persiapan lahiran.
Mereka mengatur kamar yang akan di tempati oleh bayi kecil yang sebentar lagi melihat dunia. Tidak hanya mereka yang bersemangat meyambut kedatangan adik bayi, Mahira dan Dina diijinkan membantu membereskan baju-baju adik bayi ke dalam lemari. Dina sangat senang, sebentar lagi ia bisa menggendong adik bayi.
Selesai merapikan kamar, Desy mengajak makan siang di Botani Square. Riska dan Wulan sudah menanti mereka di food court, mereka berdua sudah memesan makanan untuk semuanya. Tiba di sana, tidak lama kemudian makan datang dan siap disantap bersama.
Dina dan Mahira selesai makan pamit ke lantai bawah, mereka ingin melihat-lihat buku di gramedia. Para ibu lanjut ngobrol ngalor-ngidul seperti biasa, sambil menikmati hidangan penutup.
“Des, lahiran normal kan lo?” tanya Riska sambil menyeruput lemon squash.
Desy menganggukan kepala, mulutnya sibuk mengunyah cheese cake yang dibelinya di toko roti sebelum mereka naik ke atas.
“Hasil pemeriksaan terakhir normal semua kan, Des?” tanya Azmia
“Kata dokter Agus, semua okeh. Tunggu waktunya saja, tapi tadi pagi ada flek,” jawab Desy santai.
Dokter Agus adalah dokter kandungan yang dipilih Desy sejak awal kehamilannya.
“Des, kata Agus tiap periksa lo ditemenin terus sama Ibu Halimah?” tanya Mytha sambil menyendok cheese cake Desy.
“Beliau sangat perhatian, sejak awal gue hamil nemenin terus cek kandungan. ngingetin minum vitamin, baik banget. Alhamdulillah,” urai Desy sambil menikmati cheese cake berdua dengan Mytha.
Desy bercerita, dua minggu lalu saat periksa kandungan, Ibu Halimah curhat tentang kehamilan terakhirnya 12 tahun lalu. Anak yang tidak diharapkan, kehamilan di luar rencana. Beliau terlalu sibuk bekerja dan kurang memperhatikan kesehatan, sehingga tidak peka terjadi kelainan pada kehamilannya. Pada usia kandungan delapan bulan, Ibu Halimah mengalami pendarahan. Dokter memberi pilihan ibu atau bayi yang diselamatkan. Bapak Hamdan meminta agar istrinya yang diselamatkan dan merelakan bayi mereka.
“Beliau nangis, sedih banget denger cerita dan kondisinya waktu itu,” ujar Desy.
Ibu Halimah merasa dadanya sesak, hatinya sangat sakit ketika mengetahui bayinya harus mengalah demi menyelamatkan nyawanya. Bertahun-tahun rasa bersalah dan kehilangan menyelimuti dirinya. Itulah sebabnya ia sangat memperhatikan Desy dan bayinya, tidak ingin apa yang dialami olehnya menimpa Desy dan bayinya. Ia ingin Dina mendapatkan adik, dan ibunya juga sehat agar bisa merawat adik bayi bersama-sama.
“Lo beruntung, Des.” ucap Wulan tersenyum pada Desy.
“Iya, gue sangat beruntung. Mendapatkan keluarga baru yang sayang gue dan juga Dina,” ungkap Desy.
“Kata Mahira, yang jemput Dina Mbak-mbak cantik. Anaknya Ibu Halimah?” tanya Azmia menyelidik.
“Iya, Niken namanya. Alhamdulillah, Dina dianggap adik oleh Niken,” jawab Desy.