Seorang gadis berlari menyusuri ilalang yang sangat tinggi. Ia berlari tanpa alas kaki. Entah dimana alas kakinya tertinggal. Sementara napasnnya saling beradu dan begitu sesak. Kakinya yang terluka pun tidak dapat dirasakannya.
Malam ini begitu sunyi. Diliriknya jam tangan miliknya, sudah lewat tengah malam. Keringatnya mengalir begitu deras. Bahkan ia merasakan seluruh tubuhnya sudah dimandikan oleh keringat. Kepalanya sakit. Ia memegang belakang kepalanya. Namun tak disangka, dari tangannya ia melihat begitu banyak darah.
Ia menangis terisak. Rasa takut dan sedih telah menyelimuti dirinya. Tempat yang begitu asing dan belum pernah dilihatnya menjadi jawaban atas ketakutan yang dirasakannya saat ini. Yang diingatnya, ia baru akan hendak pulang dan berada di parkiran sepeda motor tempatnya bekerja. Lalu tiba-tiba seseorang memukul kepalanya dari belakang. Ia tidak tahu siapa orang itu. Ia pingsan dan terbangun di tempat yang sangat gelap. Ruangan yang begitu besar dan di penuhi banyak tabung besi. Tidak ada cahaya. Sehingga sangat mengganggu pengelihatannya. Ia merogoh tas kecil yang di sandang olehnya. Berusaha untuk mengambil handphone dan menghubungi seseorang yang dapat dimintai tolong. Namun tidak ada jaringan tersedia. Ia tidak bisa menghubungi siapa pun. Ia berteriak. Berharap akan ada orang yang menolong dan mengeluarkannya dari tempat itu. Lama ia berteriak namun tidak ada juga yang datang.
Beberapa jam kemudian, sebuah suara terdengar. Ia melihat cahaya dari arah luar. Cahaya itu dihiasi oleh bayang seseorang. Hatinya sangat senang melihat hal tersebut.
“Tolong aku. Aku mohon tolong aku.” Ia memegang tangan orang itu.
Orang itu tidak menjawab. Ia hanya mengeluarkan desah napas. Seperti sedang tertawa. Tetapi tertawa yang di tahan. Wanita itu mundur selangkah. Ia melihat sesuatu yang aneh sedang di pegang orang tersebut, seperti sebuah pisau. Ia melangkah mundur, lagi. Ia merasakan kegelisahan saat ini. Nyawanya sedang dalam bahaya! Ia melihat ke arah kanan, dan menemukan sapu. Di raihnya sapu tersebut. Ia membuat pertahanan dengan sapu itu. Namun orang itu tidak gemetar sedikitpun. Ia melangkah maju mendekati wanita tersebut.
“Pergi! Jangan mendekat!” teriaknya.
Orang itu kembali mengeluarkan desah napas. Ia sedang menahan tawanya, lagi.
Rasa takut masih menyelimuti wanita tadi. Ia mulai mengayun-ngayunkan batang sapu. Berharap akan mengenai orang itu, tapi yang terjadi adalah ia sedang mengayun-ngayunkannya tanpa arah.
“Pergi kataku! Jangan mendekat! Tolong!” ia kembali teriak. Tenggorokannya terasa sakit karena terlalu banyak berteriak sejak tadi.
Orang yang berada di hadapannya belum juga berhenti mendekatinya. Ayunan tongkat sapu semakin cepat. Hingga akhirnya, orang itu berhasil menangkap batang sapu tersebut. Orang itu kembali mengeluarkan suara. Suara yang sangat menjijikkan. Dengan gerakan cepat, ia menendang kemaluan orang tersebut. Orang itu berteriak kesakitan dan menundukkan tubuhnya. Wanita tersebut melarikan diri dari tempat gelap itu.
Langkahnya sedikit gamang karena memakai sepatu berhak tinggi. Ia melepas dan meninggalkan sepatunya disana. Ia tidak peduli dengan rasa sakit yang dirasakannya. Ia keluar dan melihat sebuah mobil berada di depan. Ia memutar berlari menuju belakang gedung. Kakinya terasa sakit karena duri-duri dari ilalang yang sangat tinggi. Sesekali ia melihat ke belakang, tapi tidak ada seorangpun yang mengikutinya. Dan akhirnya disinilah ia berakhir. Ia bersembunyi diantara ilalang yang tinggi.