Gosh Stalker

TF Nasution
Chapter #16

Bagian 15

Seluruh anggota tim sedang berkumpul. Tadi malam mereka mendapat pesan dari Pak Brata, bahwa pagi ini akan diadakan rapat mendadak. Semua anggota tim di minta untuk mempersiapkan kasus yang mereka tangani. Ada yang tidak aneh dari rapat hari ini. Sehingga para anggota tim banyak yang bertanya-tanya dan merasa heran.

“Kenapa kita tiba-tiba mengadakan rapat?” Bima bertanya pada Pak Brata.

“Nanti kau pasti akan tahu.” hanya itu jawaban yang diberikan oleh Pak Brata.

Ruang rapat sudah di hadiri oleh semua anggota tim. Mereka saling bertanya satu sama lain tentang tujuan dari dilaksanakannya rapat ‘dadakan’ ini. Rasa penasaran membanjiri pikiran mereka. Namun saat mereka saling bertanya dan mencari informasi ke sesama tim, semua jawaban itu tertuju pada Pak Brata. Wajar saja! Karena Pak Brata lah yang mengirimi mereka pesan teks tentang rapat yang diadakan hari ini. Sehingga ia menjadi satu-satunya orang yang tahu tujuan rapat yang sedang mereka hadiri. Sebenarnya, beberapa dari mereka telah bertanya kepada Pak Brata. Tapi ia hanya menjawab, “Nanti kalian juga akan tahu.”

Saat ini mereka sedang menunggu kedatangan Pak Tono selaku ketua tim yang akan memimpin rapat. Pak Brata meminta seluruh anggota tim untuk bersabar dan menunggu kedatangan Pak Tono. Karena menurutnya hanya Pak Tono yang berhak menyampaikan isi rapat hari ini. Sesuai dengan permintaan Pak Brata, semua orang yang berada di rungan itu mencoba menunggu dengan sabar kehadiran Pak Tono. Mereka tidak ada pilihan lain selain menunggu dan duduk dengan tenang. Tetapi saat mereka mencoba untuk tenang, perasaan menegangkan malah berhasil menggerogoti diri mereka.

Mereka sudah berada di ruangan kurang lebih sekitar dua puluh menit, namun orang yang di tunggu belum juga menampakkan dirinya. Hingga beberapa menit kemudian, pintu ruangan di buka dan kehadiran Pak Tono berhasil membuat suasana semakin tegang. Begitu memasuki ruangan ia langsung menuju kursinya dan duduk di tempat yang telah disediakan. Sementara Pak Brata duduk tepat di samping kanannya.

“Baiklah, mohon maaf karena tiba-tiba meminta kalian berkumpul. Aku pikir ini tidak dapat di tunda lagi. Dan kita sudah seharusnya membahas ini dari jauh-jauh hari.” tidak ada salam pembuka atau pun ‘cuap-cuap’ yang kau kira akan menjadi intro dari rapat saat ini. Jujur saja, Pak Tono bukanlah orang yang mahir berbasa-basi. Baginya itu hanya akan membuang waktu berharganya saja dan tidak bermanfaat untuk dilakukan saat ia sedang berbicara. Untungnya, para anggota tim sudah mengetahui hal itu. Sehingga mereka tidak terkejut dengan prilaku Pak Tono.

“Sepertinya kasus yang sedang kita selidiki saat ini, sudah naik pada level merah.” lanjutnya. Mereka diam. Tidak ada satu orang pun diantara mereka yang berani berbicara atau pun memotong pembicaraan Pak Tono sebelum di persilakan. “Tim kita sudah di anggap tidak becus dan lamban dalam menangani kasus pembunuhan ini. Para atasan juga sudah mendesakku untuk segera mengakhiri kasus yang sedang kita tangani.”

Mendengar penjelasan Pak Tono, seluruh anggota tim yang berada di ruangan menjadi gaduh. Mereka mempertanyakan tentang kabar yang sedang di sampaikan oleh Pak Tono.

Bima mengangkat tangannya dan Pak Tono yang melihat, dengan segera mempersilakan Bima untuk berbicara. “Apa maksudnya dengan ‘segera mengakhiri’?” Bima mengangat ke dua jari telunjuk dan tengahnya sebagai tanda kutip untuk kata, segera mengakhiri yang ia pertanyakan tadi.

Para anggota tim juga setuju dengan pertanyaan yang diajukan oleh Bima. Mereka menatap Pak Tono dan menunggu jawaban dari ketua tim mereka itu. Menyadari keinginan anggota, Pak Tono menatap Pak Brata yang berada di dekatnya. Ketika melihat reaksi Pak Tono, Pak Brata langsung berdiri mematikan lampu ruangan dan menyalakan infocus yang ada di ruang rapat tersebut. Ketika infocus dinyalakan, seluruh pasang mata menatap proyektor yang ada di depan. Mata mereka langsung di suguhi dengan tampilan sebuah artikel. Artikel tersebut diberi judul, PETUGAS POLISI YANG LAMBAN DAN TIDAK PEDULI DENGAN NASIB PARA KORBAN. Kini seluruh anggota tim membaca artikel tersebut dengan tenang. Setelah selesai membaca artikel itu, mereka kembali ricuh dan memaki si pembuat artikel yang sebernarnya mereka tidak ketahui siapa orangnya.

“Tenanglah!” Pak Brata mencoba menenangkan situasi.

“Apa maksudnya ini, Pak? Bagaimana mungkin seorang reporter yang tidak tahu apa-apa, menilai dengan seenaknya seperti itu?” tanya Romi dengan nada yang sedikit meninggi.

“Itu benar. Kita bukannya lamban, tetapi kasus ini memang sangat sulit untuk di pecahkan. Bahkan pelaku yang sedang kita cari saat ini, sama sekali tidak meninggalkan jejak!” timpal Satria yang ikut merasa geram dengan artikel tidak bertanggung jawab yang mereka baca barusan.

Seluruh anggota tim mengangguk setuju dengan pendapat yang diberikan oleh Satria. Suasana berubah menjadi gerah dan memanas karena kemunculan artikel tersebut. Mau bagaimana lagi. Karena menurut mereka, yang lebih mengetahui tentang titik koma yang ada di kasus ini tidak lain dan tidak bukan adalah mereka. Mereka sebagai tim khusus untuk kasus pembunuhan ini. Bagaimana mungkin orang lain yang tidak tahu apa-apa, malah berpendapat seenaknya dan memperkeruh keadaan? Itu sangat menyebalkan.

“Saat ini, artikel tersebut akan menjadi bahan pembicaraan di media online besok. Dan para atasan sudah merasa risih dengan hal itu. Jadi kita diminta untuk segera menyelesaikannya.” jelas Pak Tono.

“Bagaimana mungkin kita bisa menyelesaikannya, jika kita tidak menemukan bukti apa pun yang mengarah pada pelaku?” tanya Romi.

“Itu sebabnya aku meminta kalian untuk datang dan membawa seluruh berkas yang telah kalian selidiki. Aku ingin mendengar seluruh hasil penyelidikan yang telah kalian lakukan selama sebelas bulan ini.” Pak Tono mencoba menenangkan.

“Benar. Setidaknya dengan melakukan hal itu, kita dapat memberikan klasrifikasi kepada media secara terbuka nanti. Hal ini juga berguna untuk memulihkan kembali nama baik kita.” timpal Pak Brata.

“Itu benar. Aku harap kita bisa melalui ini dengan baik.” kata Pak Tono. “Bagaimana? Bisa kita mulai?” tanya Pak Tono kepada para anggota tim.

Para anggota tim menyetujui permintaan Pak Tono. Mereka mulai bersiap dengan membuka berkas kasusnya masing-masing. Setiap anggota memiliki tugasnya sendiri. Masing-masing dari mereka hanya menyelidiki beberapa Korban saja. Hal itu dianggap dapat mempermudah penyelidikan dan tidak memberatkan tugas tiap masing-masing anggota tim. Pembagian tugas ini juga sudah dibicarakan oleh mereka melalui rapat pertama yang pernah mereka laksanakan dulu.

“Kita akan mengumpulkan informasi dari tiap masing-masing korban dan menganalisisnya bersama-sama. Kita mulai dari korban pertama pada kasus ini….” mata Pak Tono beralih kepada Bima yang sedang mengacungkan tanggannya. “Ada yang ingin kau sampaikan?” tanya Pak Tono.

Lihat selengkapnya