Goyangan Pohon Beringin

Erika Oktavian
Chapter #2

Tergoda Gadis Cantik

Adrian melajukan sepeda motornya dengan kecepatan tinggi meninggalkan pohon beringin yang terlihat bergoyang meskipun angin belum berhembus. Hari mulai gelap, sedangkan kakek misterius sudah kembali ke balik pohon dan menghilang. Suasana di sekitar tempat itu kembali sepi dan hanya beberapa kendaraan saja yang terlihat melintas.

“Gile bener tuh si Kakek, edaann....!”

“Diem lu ....!” bentak Adrian melihat situasi sekitar pohon yang terlihat seram.

Motor Honda CB milik Adrian menyusuri tepi jalan raya hingga beberapa kilometer sampai di warung yang berada di tepi jalan raya. Suasana warung yang sepi, hanya segelintir orang makan di sana. Nampak sang pemilik seorang gadis ditemani pemuda yang berusia 20 tahunan. Mereka kompak melayani pembeli yang datang dengan ramah, meskipun masih sepi warungnya.

 “Kita makan di sini aja ya? Soto tuh, tulisannya! Lumayan buat ngisi perut,” ucap Adrian turun dari sepeda motornya diikuti Wandi dari belakang.

“Selamat datang, mau pesan apa, Mas?”tanya seorang lelaki paruh baya mendekat. Melihat raut kedua pengunjungnya yang nampak panik itu dia kembali bertanya, “Baru lari maraton, ya Mas ngos-ngosan gitu,” ledeknya.

 “Kami baru pulang, habis jalan-jalan eh ... di bawah pohon beringin itu malah ketemu kakek-kakek nyeremin, soto dua, sama teh manis dua,“ kata Adrian sambil meraih tahu goreng yang ada di meja dan memasukkannya ke dalam mulutnya. Demikian juga dengan Wandi, dia bahkan tidak ketinggalan menggambil dua potong sekaligus.

 “Pohon beringin yang ada kain balinya itu?” tanya mas pemilik warung terkejut.

 ”Iya Bang,” ucap Wandi, “Eh, ngomong-ngomong lu kagak takut di sana tadi? Gue kog merasa ...,” ucap Wandi tertahan.

“Apa-an? Di mana? Di bawah pohon beringin tadi? Kagak tuh, emang lu ngerasain apa? Jangan ngadi-ngadi lu Brow,” ucap Adrian sambil menerima teh manis yang baru di berikan pemilik warung.


“Ngadi-ngadi gimana? Gue hanya pernah dengar kalau setiap pohon besar itu selalu ada penunggunya, bukan bercanda.”

“Nah, emang ada kan? Tadi itu Kakek yang ngusir kita dari sana. Lu sadar nggak? Mukanya kayak hitam gitu seperti kebakar.”

Soto yang dipesan datang dan obrolan dihentikan. Seorang gadis seksi datang membawa pesanan mereka. Sorot mata nakal, keluar dari matanya. Terlihat tonjolan padat dari balik bajunya yang ketat, cukup membuat dua anak ini gerah dan saling menatap, dan menelan ludah. Gluk ... banyak sekali yang mereka telan ludahnya, sampai lupa mangkuk panas sudah ada di depannya.

Lihat selengkapnya