Sebetulnya Mazmur ini tidak berbicara tentang manusia, tetapi tentang Allah dan alam ciptaan- Nya. Kapan terakhir kali kita semua menikmati keindahan dan semarak alam yang Allah ciptakan?
Bagaimana caranya pula kita memahami kebesaran Allah? Bagi banyak orang, kebesaran Allah di hari-hari ini dipahami--entah secara intelektual melalui pergumulan-pergumulan dan pemikiran-pemikiran teologis atau secara emosional--melalui pengalaman-pengalaman bernuansa rohani yang menggerakkan perasaan.
Masih ada cara lain untuk memahami kebesaran Allah, yaitu cara yang telah digunakan oleh manusia sejak zaman Adam dan Hawa, cara yang seringkali kita lupakan di tengah kesibukan kita sehari-hari. Cara itu adalah melalui alam yang Allah ciptakan dan pelihara.
Seperti yang tersurat dari Mazmur 104. Nats itu cukup menggambarkan dengan indah bagaimana berbagai unsur alam ciptaan Tuhan menyatakan keagungan dan semarak-Nya. Keindahan yang luar biasa Tuhan kombinasikan dengan fungsi yang tertata dengan begitu baik, sehingga seluruh dunia tetap terpelihara dengan baik. Sungguh Allah sangat memelihara ciptaan-Nya.
Makanya ketika kita merasa penat dan letih, ingatlah bahwa Tuhan juga ingin memberikan kepada kita kelegaan dan sukacita. Tuhan memberikan kepada kita tugas untuk berkarya, tetapi juga untuk menikmati alam ciptaan-Nya. Di dalam alam ciptaan-Nya, terkandung suatu kemuliaan dan pemeliharaan Tuhan. Sangat dahsyatnya fenomena alam serta hewan-hewan yang ada. Sementara Tuhan sendiri melampaui semua itu, yang berada di alam semesta ini. Pantas jika Tuhan layak menerima segala pujian dari sanubari kita semua.
Pujian kepada Tuhan tidak hanya dalam bentuk lagu-lagu rohani yang kita senandungkan di dalam ruang gereja selama hampir kurang lebih dua jam. Itu bahkan bisa kita lakukan dalam setiap kesibukan di kehidupan sehari-hari kita. Sudah sepatutnya kita menyediakan waktu untuk Tuhan yang telah menciptakan seluruh alam semesta ini. Caranya mudah. Bukanlah dalam kitab Keluaran, tertulis demikian?
Dalam nats Keluaran 20, yang kita kenal sebagai Sepuluh Hukum Taurat, ada salah satu perintah yang mengingatkan kita untuk beristirahat sejenak. Tuhan saja beristirahat di hari ketujuh. Ada baiknya, sebagai makhluk ciptaan-Nya, kita seharusnya ikut beristirahat. Jangan malah terus menerus bekerja sampai lupa untuk sekadar menikmati apa yang sudah Tuhan sediakan.
Nikmatilah alam ciptaan Tuhan. Bersukacita di dalam keagungan nama Tuhan. Pujilah Tuhan, sebab Dia yang begitu agung, ternyata sangat mengenal kita secara teramat baik.