"Jangan iri kepada orang jahat, jangan ingin bergaul dengan mereka. Karena hati mereka memikirkan penindasan dan bibir mereka membicarakan bencana.“
Begitulah yang Firman baca dari Amsal 24:1-2. Ia heran saja, mengapa nats itu mengingatkan dirinya dengan kejadian dua hari lalu--saat perayaan Jumat Agung?
Hari jumat yang lalu, Firman mendapati Gideon dan Greyzia duduk di salah bangku gereja seperti sepasang kekasih sedang dimabuk asmara. Bahkan, di mata Firman, Greyzia seperti membiarkan salah satu tangan Gideon menyentuh rambut panjangnya. Membayangkan saja, ia sudah panas sekali di dalam kamar. Padahal mesin pendingin udara sudah dinyalakan dan suhunya sekitar 20 derajat celcius.
Firman masih ingat bagaimana kelanjutannya.
***
Greyzia berkata dengan tegang, "Kamu salah paham, Bang. Ini nggak kayak yang kamu pikirin."
Firman membalas dengan ketus, "Masuk akal nggak, perempuan yang sudah punya pacar, ngebiarin cowok lain nyentuh rambutnya? Cara duduk kamu juga aneh banget di dalam gereja. Terlalu dekat yang aku lihat. Kalau aku nggak lihat sendiri, bisa aja ada orang lain yang kasih tahu kita, dan mungkin aja ributnya lebih parah dari ini."
"Tapi aku juga udah coba ngindar. " tangkis Greyzia defensif. "Aku selalu ingat kamu. Makanya, kalau kamu peratiin dari awal, aku beberapa kali ngindar. Udah gelisah."
"Nyatanya?" semprot Firman ketus. "Aku lihat tangan dia megang rambut kamu. Duduknya dempet-dempetan gitu kayak pacar kamu itu dia."
Sekonyong-konyong Gideon menyelinap ke dalam obrolan dan berkata sembari menundukkan kepala, "Gue minta maaf, Bro. Gue janji ini nggak akan terjadi lagi. Gue khilaf. Lupa kalau lagi bareng pacarnya teman. Maaf, yah, Bro."
"Ah, udahlah, gue pusing." kata Firman yang masih meradang. Selanjutnya, Firman melipir dan meninggalkan Greyzia yang masih berdiri di dekat Gideon. Dari arah agak jauh, ia melihat Greyzia tampak bingung dan coba berjalan menjauhi Gideon. Sahabatnya itu kelihatan seperti orang yang menyesali perbuatannya.
***
Kedua air mata Firman mulai menitikkan air mata. Pandangannya teralih ke kitab suci. Ia baca ayat-ayat selanjutnya. Yang cukup dalam hati saja. Ia rasa dengan membaca ayat kitab suci dalam hati, akan menelusup ke dalam sanubari dan menyembuhkan apa yang luka di dalam.
Firman mulai membaca dalam hati.