"Allah menjelaskan bahwa Dia adalah Allah yang menciptakan segala sesuatu dan mengetahui segala sesuatunya.
Ayub lalu memohon penjelasan kepada Allah. Teman Ayub malah melihat penghukuman. Walaupun nyatanya Allah tidak memberikan sedang memberikan hukuman kepada Ayub. Kenyataannya Allah tetap beserta Ayub.
Sebetulnya Ayub tidak berhak mendapatkan pengampunan dari Allah. Jelas-jelas Ayub belum bertobat dari dosa-dosa yang mungkin saja Ayub lakukan. Diceritakan Ayub memang mencabut perkataannya. Namun, dia bukan bertobat dari dosa yang diduga teman-temannya telah membuat Ayub menderita. Dia hanya bertobat dari perkataannya. Kemudian dia malah menuntut penjelasan dari Tuhan. Seharusnya Allah marah kepada Ayub. Seenaknya saja Ayub mengatur-atur Allah, yang menciptakan segala sesuatunya di alam semesta ini?
Pernahkah juga terbayangkan di pikiran kita semuanya seandainya Allah memutuskan untuk memberikan penjelasan kepada Ayub?
Bisa saja Allah akan berkata begini: "Jadi, Ayub,begini, coba kamu dengarkan sebentar. Setan itu mau mencobai kamu karena katanya Aku yang memberkati kamu sehingga kamu saleh.”
Bisa saja Allah akan berkata seperti itu, jika Allah akhirnya memutuskan untuk memberikan penjelasan. Namun, sesuai dengan apa yang kita baca, itu tidak dilakukan oleh Allah.
Selanjutnya, bagaimana juga perasaan kita kalau menjadi Ayub? Kita mungkin akan jadi orang sombongnya yang tidak ada ujungnya. Nyatanya, dalam Ayub 42:5-6, jelas sekali terlihat bahwa Ayub mengasihi Tuhan dengan segenap hati. Dia bahkan mengakui bahwa dirinya pun bisa salah. Dia bisa jatuh ke dalam pencobaan. Bahkan, dia malah mengaku bahwa itu menjadi kesalahannya di balik kejatuhan anak-anaknya dalam dosa. Dia tetap konsisten dalam imannya dengan mencabut perkataannya. Yang tertulis dalam Ayub 42: 5-6.
”Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau. Oleh sebab itu aku mencabut perkataanku dan dengan menyesal aku duduk dalam debu dan abu."
Begitulah kira-kira apa yang bisa aku catat dalam khotbah yang disampaikan oleh Pendeta Eddie Tjandra dalam minggu Misericordias Domini. Misericordias domini sendiri berarti 'kasih setia Tuhan'."
***