Grace

Nuel Lubis
Chapter #36

Minggu Ketujuh setelah Trinitatis: Mengampuni itu Seperti Melepaskan Diri dari Pemberat

Mari Perkataan Berkat, dan Bukannya Kutuk

oleh Pendeta Gordon Silalahi

Selain perkataan yang jujur, perkataan yang baik juga merupakan sebuah kebaikan yang dapat menyenangkan hati Tuhan dan sesama. Selain menyenangkan hati, perkataan yang baik juga memiliki dampak yang baik bagi relasi kita dengan sesama karena perkataan baik dan manis, dapat memberikan sebuah rasa perhatiaan kepada sesama kita.

Oleh karena perkataan kita memberikan sebuah kehidupan, kita tidak boleh menggunakan kebenaran itu sebagai sebuah senjata. Apalagi, tidak jarang setiap kita sering menggunakan perkataan kebenaran atau perkataan baik untuk memenangkan argumen, untuk membuat orang lain malu, untuk mengeluh, untuk membuat diri terlihat baik di mata orang lain, maupun untuk mempertahankan harga diri kita.

Akan tetapi Rasul Paulus memberi kita sebuah pesan supaya kita memberi manfaat kepada orang-orang yang mendengarkan dan itu sesuai dengan kebutuhan mereka. Tercantum di dalam Efesus 4:29. Oleh karena itu, ketika kita berkata kebenaran, motif yang kita punya harus didasarkan pada sebuah motif pelayanan. Motif pelayanan merupakan motif yang memang didasarkan untuk melayani dan didasari oleh kasih, sehingga perkataan kita dapat bersifat membangun atau dapat menghibur orang lain di masa susah yang bersangkutan.

Sekiranya Tuhan menolong kita dalam setiap perkataan yang keluar dari bibir kita sehingga perkataan yang keluar tidak memperkatakan kutuk, melainkan perkataan berkat.

***

Tidak biasanya Firman sudah duduk di salah satu bangku yang berada di teras rumahnya. Di meja teras, sudah terhidang kopi campur susu coklat. Firman sendiri yang membuatnya.

Jam di ponsel masih menunjukkan pukul 05.23 pagi. Ini hari minggu juga. Rata-rata anggota keluarga Tambunan masih terlelap. Itu termasuk Ibu Tiur. Terkadang Firman kasihan dengan ibu kandungnya tersebut. Beliau sudah tidak muda lagi, tapi masih gesit. Tanpa pamrih beliau bekerja membanting tulang demi agar setiap anak-anaknya benar-benar mengalami kemerdekaan finansial. Karena itulah, yang menyebabkan Firman tidak pernah terpikirkan untuk membuang waktu demi melakukan kesia-siaan belaka.

Firman mengintip folder foto di dalam ponsel. Ia melihat-lihat setiap foto Greyzia. Senyuman perempuan berdarah Tionghoa itu memang luar biasa. Kapanpun kepala Firman terasa penat, begitu melihat wajah Greyzia yang tersenyum, sirna sudah. Sembari memandangi setiap foto Greyzia tersebut, Firman terkenang akan kejadian di hari senin lalu. Heran ia mengapa Greyzia mempertanyakan hal tersebut. Ada gerangan apa?

"Bang,"

"Heh..."

"Jangan heh kenapa,"

"Iya, ada apa, Zia?"

Lihat selengkapnya