Ada kendala dalam mewujudkan rencana tersebut. Rupanya tidak semulus yang Firman pikirkan. Firman sama sekali tidak memperhitungkan bahwa sahabatnya itu pun masih manusia.
Yah, namanya juga manusia. Manusia tidak lepas dari kesalahan. Tak hanya sekadar kesalahan, setiap manusia tak luput dari dosa. Terkadang bisa khilaf.
Itulah yang terjadi dengan Gideoan Pattinama, salah seorang sahabatnya. Sejak hari senin yang lalu, Firman sudah coba mengontak Gideon. Namun, apa daya. Sesuatu hal huruk menimpa pertemanan Firman dan Gideon. Firman sekonyong-konyong mengernyitkan dahi saat tiba-tiba saja Gideon memblokir kontak WhatsApp Firman. Direct message yang dikirimkan Firman ke Gideon tak digubris Gideon. Senggolan Firman ke Gideon lewat tanda 'like' atau komentar dihiraukan begitu saja. Malah ada satu-dua komentar Firman yang dihapus Gideon.
Awalnya Firman langsung mencak-mencak. Dia mengomel-ngomel tak keruan, mendapatkan perlakuan seperti itu dari seseorang yang sudah dianggap sahabatnya. Walau mengomel-ngomel, Firman rupanya masih terkendali. Ia belum sampai pada taraf mengirimkan komentar atau pesan digital yang berisi kata-kata makian. Kemarahannya tidak ia lampiaskan ke dunia maya.
Untungnya juga Tuhan sungguh baik kepada Firman. Ditutupnya satu jalan untuk Firman, tapi Tuhan masih menyediakan jalan yang lain untuk Firman.
Pada saat kejadian, yang masih di hari senin, Firman sedang berada di Lapo Yabes. Lapo itu masih tetap buka di hari-hari biasa selain sabtu-minggu. Di hari-hari selain sabtu-minggu, Firman yang diberikan amanah oleh Ibu Tiur untuk menjaga lapo tersebut, sekaligus mengelola sisi manajemen Lapo Yabes.
Di hari-hari selain sabtu-minggu, ternyata Lapo Yabes tak terlalu banyak pengunjung. Lapo itu baru ramai didatangi pengunjung memang di setiap sabtu-minggu. Sering Ibu Tiur terus mendesak Firman agar lebih aktif membuat Lapo Yabes ramai setiap hari dan tak hanya di hari sabtu-minggu. Itulah salah satu kesibukan Firman selama ini. Itu: memenuhi amanah Ibu Tiur selaku ibu kandungnya.
Salah satu pengunjung yang berkunjung adalah pendeta dari gereja di mana Firman sering beribadah. Namanya adalah Andrey Montolulu, pendeta berdarah Menado-Tionghoa. Pendeta itu berusia sedikit lebih tua dari Firman. Tak ayal Firman nyaman mengobrol dan berdiskusi tentang Alkitab dengan Andrey Montolulu.
Di tengah-tengah sedang mendiskusikan mengenai kepemilikan wilayah geografis Israel-Palestina tersebut, entah mengapa juga Firman terdorong untuk melampiaskan unek-unek mengenai kekesalannya terhadap Gideon. Andrey Montolulu itu langsung nyengir menanggapinya. Tak hanya itu saja, pendeta yang masih tergolong muda itu malah memberikan satu penawaran yang Firman kelihatannya sulit menolak.
"Oh, aku baru tahu," ucap Andrey Montolulu tersenyum sambil menyesap teh tawar. "kamu ini hobi menulis."