Masih jam tujuh pagi. Lewat beberapa menit sedikit. Namun, di dalam ruang ibadah utama gereja, sudah ada penghuninya. Dua orang. Dua orang itu rupanya sepasang kekasih.
Baik Firman dan Greyzia saling berpandangan. Firman mengumbar senyuman ke arah Greyzia. Greyzia balas mengumbar senyuman. Keduanya saling menarik nafas dan mengembuskannya selebar-lebarnya.
Ada alasannya pula mengapa Firman meminta izin pengurus gereja agar diizinkan masuk ke ruang ibadah utama sebelum waktu ibadah. Ada beberapa hal yang ingin disampaikan oleh Firman kepada Greyzia. Salah satunya adalah tentang kesempatan menulis yang diterima Firman dari seorang perempuan yang merupakan kenalannya Greyzia. Perempuan bernama Gloria itu mengajak Firman dan Greyzia untuk terlibat dalam proyek menulis sebuah buku antologi rohani. Tema yang diusung adalah 'Perjuangan Seorang Ibu'.
Kedua mata Firman berpindah sebentar ke lukisan Yesus yang terpampang besar-besar di belakang mimbar. Ada tulisan di bawah lukisan Yesus. Tertulis begini:
"Kata Yesus kepadanya: ”Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku. Extra ecclesiam nulla salus. Yohanes 14:6."
Sementara Greyzia masih memegang Warta Jemaat itu lagi. Kembali perempuan itu membaca tulisan renungan tersebut. Masih ditulis oleh kekasihnya.
Firman spontan memegang pergelangan tangan Greyzia. Diremasnya pelan dan mendesis, "Zia, terima kasih sudah mendorong aku buat nulis lagi."
"Nggak apa-apa, Bang," kata Greyzia tersenyum dengan jantung berdebar-debar. "Abang yang seharusnya aktif menulis. Bukannya aku. Abang lebih layak. Kayaknya aku lebih pengin dukung aja."
"Tapi tulisan kamu waktu itu bagus."
"Masih bagusan tulisan Abang. Abang lebih jago."
Firman dan Greyzia kembali bersitatap. Pria berdarah Batak makin meremas pergelangan tangan kekasihnya yang berdarah Tionghoa. Cepat atau lambat pasti terjadi. Memang benar. Firman mengecup pipi Greyzia. Wajah Greyzia memerah. Spontan wajah Greyzia berubah menjadi seperti wajah bayi yang baru lahir. Tampak kemerahan.
Greyzia perlahan melepaskan genggaman Firman. Ia berdalih ingin membaca tulisan Firman itu lagi.
"I love you so much, Zia," desis Firman di dekat telinga Greyzia.
Kembali wajah Greyzia memerah dan malu-malu mengalihkan pandangan ke arah tulisan Firman.
***
Ingatlah Bilur yang Sanggup Membersihkan Lubuk Hati