Grace

Nuel Lubis
Chapter #44

Chapter 43: Makin Mengenal Satu Sama Lain

Firman dan Greyzia kelihatannya sedang akur-akurnya. Sudah hampir sebulan ini, mereka berdua tidak bertengkar. Bertengkar mungkin ada, tapi paling tidak separah saat tri hari suci saat itu. Paling hanya perdebatan tentang film atau buku yang sedang dinikmati.

Greyzia, sekarang ini, teramat beruntung memiliki kekasih seperti seorang Firman Tambunan. Sepertinya juga pria berdarah Batak itu cukup serius dengan perasaannya kepada Greyzia. Perbedaan itu ada, dan beruntungnya bisa dijembatani dengan cukup baik. Bahkan, Greyzia rasa Firman sepertinya makin coba mau mengenal Greyzia itu pribadinya seperti apa.

Gadis berdarah Tionghoa itu memperhatikan kekasihnya, yang sedang menyimak salah satu video YouTube. Ia beringsut lebih dekat fan coba mengintip apa yang sedang ditonton oleh kekasihnya tersebut. Ternyata kekasihnya Greyzia itu sedang menonton video--...bisa dikatakan sebagai video rohani, walaupun Sang Romo sedang menjelaskan sebuah situs bersejarah yang cukup terkenal di Turki.

Greyzia menyerahkan segelas Americano yang dipesan oleh Firman. Sementara Greyzia lebih menyukai Caramel Macchiato, karena lebih manis, dan tidak seperti Americano yang lebih terasa pahitnya.

Firman menoleh dan tersenyum. Diresapi pelan-pelan Americano tersebut.

"Serius banget, Bang, nyimaknya,"

Firman hanya terkekeh-kekeh.

"Aku baru tahu kamu hobi nonton yang begini. Demen Sejarah, yah?"

"Dari kecil, malah, Zia."

"Sampai dicatat, loh, hahaha."

Greyzia lalu mengintip apa yang sedang ditulis oleh Firman di buku catatannya.

"Santo Benediktus pernah berkata, 'Hiduplah dalam takut akan Hari pengadilan dan hendaknya engkau punya rasa ngeri yang besar akan neraka. Rindukanlah kehidupan kekal dengan keinginan suci. Hari demi hari, sendiri bahwa engkau akan mati. Jam demi jam, awasilah dengan berhati-hati segala sesuatu yang kaulakukan, penuh sadar bahwa tatapan Allah ada padamu, apa pun yang kaulakukan.'"

"Tulisan tanganmu jelek banget, sih, Bang," kata Greyzia agak memicing-micingkan matanya. "Dokter aja kalah jelek tulisan tangannya sama kamu."

Firman berdalih, "Namanya juga cowok. Rata-rata tulisan tangan cowok, yah, kayak gini."

"Tapi, teman-teman aku yang cowok, tulisan tangannya nggak sejelek ini juga," tangkis Greyzia nyengir.

Firman langsung mengacak-acak rambut panjang Greyzia. "Apaan kamu itu? Mulai, deh. Katanya, nggak mau lagi ngompor-ngomporin atau banding-bandingin aku sama cowok lain."

Lihat selengkapnya