GRAHANA

Kagura Lian
Chapter #13

12

“YAH, begitulah kalau kita baca di berbagai literatur, kebanyakan mitos selalu mengaitkan burung gagak dengan sesuatu yang buruk. Di beberapa kebudayaan eropa misalnya, burung gagak dipercaya sebagai burung peliharaan para penyihir, pertanda kematian, malapetaka, dan kehancuran. Dalam kebudayaan perdukunan suku asli Amerika Utara gagak adalah perwujudan dari dewa yang wajib dipatuhi. Roh nenek moyang atau leluhur. Sedangkan di Indonesia sendiri, beberapa orang percaya bahwa gagak adalah burung pertanda akan munculnya kesulitan, kematian, dan pembawa bencana. Bahkan di beberapa daerah selalu dihubungkan dengan ilmu hitam dan santet.” Aku menatap Roza sesaat yang juga tengah menatapku dengan matanya yang indah, lalu mengalihkan pandangan kepada Sam dan Rini sebelum melanjutkan ucapanku. “Padahal, secara ilmiah burung gagak adalah burung yang ramah, mereka burung sosial yang selalu membentuk kelompok untuk berbagi informasi dan berbagi makanan. Di antara jenis unggas, gagak adalah burung yang paling cerdas, ia memiliki kemampuan belajar yang baik dan bisa memecahkan permasalahan dengan memanfaatkan sumber daya yang ada di sekitarnya. Oleh karena itulah, aku suka banget sama burung gagak. Seandainya saja ibuku enggak takut sama burung gagak mungkin aku akan memeliharanya di rumah.”

“Menarik juga, ternyata secara ilmiah gagak punya track record yang lebih baik daripada yang sering diceritakan dalam dongeng atau mitos. Tapi, tetap saja sih, saya takut. Boro-boro pengin melihat, mendengar suaranya saja sudah merinding.” Rini bergidik.

“Apalagi kalau malam Jumat ya, Rin?” Roza ikut bergidik.

“Ya itu tadi yang dibilang Kenny, berarti kalian sudah telanjur kemakan isu mitos-mitos itu. Akhirnya jadi takut sama burung gagak. Kok, gua jadi kepengin coba melihara gagak, kayaknya keren dan unik gitu, gak mainstream.” Sam memberikan tinjunya kepadaku yang kubalas dengan tinjuan di kepalannya. “Enggak percuma lo jadi anak seorang ahli ornitologi, Ken.”

“Ah, kalian berdua memang sama anehnya. Kalau kamu memelihara gagak, bisa-bisa semua burung kesayangan bokap kamu itu dimakan dan mati semuanya.” Roza mendengus sambil menggelengkan kepala.

“Justru itu yang aneh, memangnya gagak kanibal, makan burung lain, hehehe. Ya sudah. Terusin obrolannya, sori gua ke toilet dulu ya, panggilan alam.” Sam menggeser kursi yang didudukinya, lalu berdiri.

“Iya, sudah sana, tapi jangan lama-lama kita mau langsung pergi sebentar lagi,” kataku sambil mengeluarkan dompet untuk membayar semua tagihan. Namun, tiba-tiba aku teringat satu hal, dan buru-buru berkata kepada kedua temanku, “Tapi, katanya ada satu lagi makhluk yang bisa ngebangkitin orang mati ...,” bisikku sambil melihat Sam yang melangkah pergi menuju toilet.

“Apaan, tuh?”

“Rubah,” jawabku sambil menatap dalam-dalam kedua temanku.

“Rubah? Setahuku, kucing hitam yang bisa ngebangkitin orang mati, konon katanya mayat kalau dilangkahi kucing hitam bisa hidup lagi. Kalau rubah aku belum pernah dengar.” Roza mengangkat kedua alisnya, sedangkan Rini hanya mengerutkan keningnya.

Lihat selengkapnya