GRAMOFON

Embart nugroho
Chapter #3

RAMBUT ANEH

David memperhatikan rumah itu dengan seksama dari depan. Ia tidak begitu suka dengan rumah itu. Apalagi ia memiliki indra keenam yang mampu melihat mahluk tak kasat mata. Ia melihat kesedihan di rumah itu. Ia melihat banyak penghuni jahat di sana. Banyak cerita tragis dimasa lampau. Ada sosok jahat yang sudah lama bermukim di sana.

David tak ingin berterus terang ke mama. Mama pasti tidak percaya dengan ceritanya. Mama menganggap David hanya berhalusinasi.

“Vid... Tolong bantu mama bawain kotak-kotak itu,” ujar mama menyuruh David. David tercekat dan membuyarkan penglihatannya. Cowok itu lebih banyak diam dan mengerjakan apa yang disuruh mama.

“Iya, Ma.” Jawabnya singkat.

Mama meletakkan koper besarnya di dekat pintu, kemudian memperhatikan ruangan-ruangan lain yang masih kosong. Sebetulnya mama memerlukan seorang pembantu untuk mengurus rumah yang begitu besar, namun masih dalam proses pemindahan rasanya mama harus bekerja sendiri.

Rangga masuk dan mencari-cari kamarnya. Setelah menemukan kamar, ia sibuk mengeluarkan barang-barangnya. Rangga, bocah berusia sepuluh tahun itu sibuk mengeluarkan mainannya.

Mama menarik koper besarnya ke dalam kamar dan meletakknya begitu saja. Mata mama mengedar memperhatikan kamar yang cukup luas dengan interior yang cukup menarik. Tempat tidur lima kaki dengan paduan tianxcag dan kelambu senada, meja kecil terbuat dari kayu dan berukir bunga-bunga serta meja rias yang juga sangat unik bentuknya. Sepertinya mama harus menata ulang interior di dalam kamar.

David mengangkat kotak dan meletakan di kamar mama. Sekejab saja ia merasakan ada sosok aneh di kamar mama. David melirik perlahan dan melihat sekelebatan sosok hitam bersembunyi di kamar mandi. Ia melihat sosok mengerikan disana. Ada perempuan berlumuran darah dengan wajah marah. Matanya memerah penuh dendam yang tidak tahu pangkal ujungnya. David mendegut ludah berusaha berkomunikasi dengan mahluk itu. Ia meminta agar tidak mengganggu keluarganya.

“David… Kok bengong?” Tiba-tiba saja mama menyapa dan dengan reflex David menoleh. Sosok itu pun lenyap entah kemana.

“Enggak kok, Ma.”

“Ya sudah rapiin barang-barang kamu gih,” kata mama.

“Iya, Ma,” jawabnya seraya keluar dari kamar mama.

Mama juga keluar dari kamar dan merapikan barang-barang yang masih berantakkan di ruang tamu. Mama memindahkan kotak berisi Guci ke sudut ruangan dan merapikan buku-buku peninggalan papa di bufet kecil. Kotak-kotak berisi barang lainnya juga masih berserakan di teras depan. Lukisan dan hiasan dinding lainnya juga masih terletak di atas meja. Tampaknya mama akan bekerja keras untuk menata ruang dan perabotan yang ada.

Mama menyusun Guci antik di meja kecil dan menata lampu hias di sudut ruangan. Mama membersihkan sedikit debu yang menempel pada lampion lampu dan membersihkan sisa-sisa kotoran dari kotak penyimpanan.

Lihat selengkapnya