Virgo

Chelsea Harinda Putri
Chapter #1

Penerimaan Siswa Baru

Gadis itu tampak terburu-buru menuruni tangga dengan seragam yang berantakan. Bahkan ia masih terlihat memasukkan beberapa buku ke dalam tas sambil berjalan menuruni tangga. Ah, rupanya hari ini hari pertama ia berubah menjadi abu putih, bukan biru putih lagi. Hari ini adalah hari pertama Vira masuk SMA. Tapi lihatlah, ia terlambat sekarang. Sudah jam tujuh lewat.

"Pa, Ma! Vira berangkat!" teriak Vira dan dengan sergap ia mengambil potongan roti di meja makan. Sudah tak sempat untuknya duduk dan sarapan dengan tenang.

"Bekalnya nggak dibawa?" Mama balas berteriak dari dapur.

"Nggak usah!" 

Papa sudah bersiap di dalam mobil sejak setengah jam yang lalu. Kemudian beliau bernafas lega karena orang yang ia tuju keluar dari pintu rumah, masih dengan keadaan dasi melenceng kesana-kemari. Putrinya itu memang lemot dalam melakukan kegiatan apapun. Di sisi lain, beliau juga senang kali ini Vira tumbuh dewasa dan masuk ke SMA. Rasanya cepat sekali.

"Itu dasi nggak dibenerin dulu?" tanya Papa ketika Vira ingin membuka pintu mobil.

"Di benerin waktu jalan aja pa! Udah sekarang papa jalan, kalau nggak Vira kena hukuman di hari pertama," kata Vira.

Papa hanya manggut-manggut lalu mulai menjalankan mobilnya. Biasanya Papa menggunakan kecepatan standar alias pelan, tapi karena keadaan tidak mendukung, terpaksa Papa menggunakan kecepatan maksimal. Beliau tampak seperti pembalap ketika berhasil menyalip kendaraan lain, dan melewati lampu merah. Waktu mulai berjalan tanpa ampun, akhirnya mereka berhasil ke sekolah pukul 07:56.

Vira turun terburu-buru dari mobil setelah menyalami papanya. "Pa, Vira minta uang saku," pinta Vira dengan cengiran tak berdosa nya.

"Astaga, terus uang 200 ribu yang papa kasih kemarin kemana?" tanya papa heran.

"Ketelen sama mesin kasir."

Papa hanya geleng-geleng kepala dan menjulurkan lima selembar uang 100 ribuan kepada Vira. "Itu buat keperluan Vira dua minggu. Kalau habis sebelum dua minggu, nggak akan papa kasih lagi," kata Papa.

"Oke makasih pa! Nggak akan Vira habisin, Vira juga nggak akan nge-mall lagi," janji Vira.

Kemudian Vira melambaikan tangan ke mobil papa yang semakin lama semakin menjauh. Ia berbalik menuju gerbang dan menghembuskan nafas. Pasrah. Ia melihat banyak calon siswa baru yang sudah berbaris rapi di tengah lapangan. Apa yang akan Vira lakukan? Datang dengan menyamar lalu ke baris belakang? Sepertinya ide bagus.

Vira menunduk agar satpam tidak melihatnya. Ia segera menaruh tas di bawah pohon yang berada di pojok lapangan. Lalu dengan gesit ia masuk ke barisan belakang. Beberapa calon murid di belakang tampak kaget karena kemunculan Vira yang mendadak. Tapi Vira memberikan gestur untuk diam.

"Telat lo?" tanya seorang calon murid yang tak Vira kenal di sebelah kanan Vira.

"Udah liat sendiri masih tanya lagi," jawab Vira acuh tak acuh.

Calon murid itu hanya tertawa, lalu mengulurkan tangannya. "Tania, lo siapa?" tanya Tania ramah.

Vira menyambut uluran itu. "Vira," ujar Vira.

"Asal SMP mana?" tanya Tania.

"Nggak tau, lupa," kata Vira kembali acuh.

Tania hanya terdiam dan mencoba untuk tetap ramah kepada Vira. Ia tak menduga di hati pertamanya di SMA, ia berkenalan dengan murid yang tak pedulian itu. Tapi tak apa, mungkin makin lama akan terbiasa sendiri.

"OKE SEKARANG TIM OSIS AKAN MENUNJUKKAN DIMANA KELAS KALIAN! TETAP PADA BARISAN KALIAN!" teriak salah satu anggota OSIS di depan.

Lihat selengkapnya