Hari ketiga bertepatan dengan hari Jumat. Berarti besok Sabtu, dan artinya sekolah ini libur. Mood Vira sejak dari rumah sampai berangkat ke sekolah tampak sangat buruk. Ia masih memikirkan masalah kemarin tentang kakak kelas yang meremehkannya itu. Untung saja besok libur, jadi ada waktu untuknya menenangkan diri. Baru dua hari, ia dicap angkatannya maupun angkatan kakak kelas sebagai anak baru yang belagu. Ingin rasanya Vira berteriak, siapa yang sebenarnya belagu?
Pagi ini ia ada janji dengan Tania bahwa ia akan menunggu Tania di depan gerbang, alasannya konyol. Agar Tania ada teman ketika akan masuk kelas. Tania sama sekali tidak memikirkan temannya yang pergi ke kelas sendiri melewati koridor yang sepi. Vira menunggu Tania yang tak kunjung datang di depan pos satpam. Akhirnya beberapa "jam" kemudian, Tania datang, dengan ayah angkatnya. Bapak ojek.
"Asek, lo nunggu gue?" tanya Tania tanpa dosa.
"Asek, asek. Gue juga nggak sudi kali nunggu kalo bukan lo yang minta!" ujar Vira.
"Hehe. Eh, ke kantin dulu yuk! Gue belum sarapan tadi, gara-gara bangun kesiangan," kata Tania sambil merangkul Vira menuju kantin. Vira hanya menurutinya, tak bisa menolak.
Keadaan kantin pagi ini agak terisi walaupun beberapa menit lagi pasti bel masuk. Saat Vira menunggu Tania yang sedang memesan makanan, Vira melihat ada sosok familiar yang duduk di pojok kantin sembari mengerjakan sesuatu di kertas. Ah, orang itu lagi. Padahal sekolah seluas ini bisa bertemu dengan orang yang sama beberapa kali. Zego tampak sibuk menuliskan sesuatu di atas kertas yang bertumpuk-tumpuk.
Ketika Tania sudah datang, Vira mulai menggodanya lagi. "Eh, di pojok ada yang lagi ngerjain tuh. Nggak mau dibantu? Sumpah gue aja kasihan loh sama dia," kata Vira sambil menunjuk Zego.
Tania mengikuti arah tunjuk Vira dan terkejut. Wajahnya berubah menjadi memanas, itu Zego! Dari sudut pandang Tania, Zego terlihat sangat tampan dengan posisi mengerjakan seperti itu. Berbeda jauh dengan Vira, Vira melihat Zego seperti anak yang memiliki masa depan gelap. "Ganteng banget ciptaanmu ya Tuhan..." gumam Tania lirih, namun Vira bisa mendengarnya.
"Oh iya. Mumpung orangnya ada disini, kenapa lo nggak bilang secara terang-terangan kalau lo suka sama dia?" tawar Vira.
Tania menggeleng tegas. "Gue rela jadi pengagum rahasia aja daripada gue di labrak selama tiga tahun," kata Tania pasrah.
"Tiga tahun nggak ada apa-apanya dibanding kalau lo idup sama dia selamanya!" kata Vira menegaskan. Namun, Tania tetap menggeleng. Sepertinya ia tetap pada pendiriannya.
"Nggak papa. Gue kayak nggak layak buat deket dia gitu. Dia ganteng banget, plus sempurna lagi. Lah gue, gue nggak cantik. Gue juga bego nggak ada pinter-pinternya," kata Tania sendu.
"Iya lo nggak cantik. Cantikan gue sih," sahut Vira dengan nada bercanda.
"TUHKAN," seru Tania pelan.
"EH KAKAK KELAS TAMVAN DI POJOK SANA!! TEMEN SAYA SUKA SAMA KAKAK!" teriak Vira laknat yang jelas-jelas Zego bisa mendengarnya. Entah merasa terganggu atau apa, Zego lantas merapikan kertasnya dan pergi dari situ.
"IH GUE BILANGIN JANGAN DIBILANGIN BEGO!" teriak Tania tertahan.