"Kenapa sih muka lu bete amat"komentar Juliana heran. Gadis bertubuh tinggi langsing itu duduk di depan Andin yang kini memaksakan senyum. "Lagi dapet ya?"
"Ck nggak kok."sanggah Andin. "Gue insomnia berhari-hari gara-gara writers block. Bingung mau ngelanjutin ceritanya jadi gimana."gadis itu mengeluh frustasi.
"Cerita soal cinta pertama lu waktu SMA?"Juliana memastikan.
Andin mengangguk lemah.
“Lu belum nentuin endingnya?”
“Karena cerita itu hampir 90% real gue jadi bingung harus gimana. Berakhir apa adanya atau gue rubah sekalian. Kalau dirubah sekalian takutnya nggak nge-feel. Tapi kalau apa adanya gue takut diprotes yang baca. Kemaren aja udah pada neror minta ending yang mereka mau.”
" Tapi kan itu cerita lu. Terserah lu itu mah.
Andin mengangguk lemah. “Teorinya sih gitu.”
“Jadi lu kepikiran itu terus jadi insomnia?”
“Ya nggak cuman gara-gara ini aja sebenernya.”Andin terdiam sebentar. “Jul.”
“Ape?”
“Di dunia nyata, cinta itu beneran ada nggak sih?”tanya Andin merenung.
Julaian menerjapkan mata. “Ada kali.”
Andin menyeringai, lalu meraih gelas kopi, meminumnya banyak-banyak.
“Ini bocah gimana sih lu insom tapi minumnya kopi."omel Juliana menunjuk gelas ice coffe milik Andin yang kini hampir habis.
"Ini gara-gara gue masih ngantuk tapi harus mikir."gerutu Andin. Di samping kopi ada buku tulis tebal yang dibuka lebar. Dari halaman yang terbuka bisa dilihat tulisan tangan Andin yang agak berantakan.
Sore itu Andin baru selesai praktikum di lab untuk penelitian pendahuluan tesis dan langsung ke cafe. "Gue hampir dimarahin laboran waktu ketauan nguap di lab biokim."keluh Andin. “Melotot-melotot gitu mbaknya.”
"Sapa suruh sih ambil topik penelitian yang ada biokimianya? Udah tau laborannya macan."Juliana mengambil gelas kopi Andin dan menyesapnya.
"Kalau aja dosbing gue bukan Pak Angga kagak bakalan deh."Andin bergidik sendiri kalau teringat dosbingnya yang botak dan punya banyak tuntutan itu. "Lu sendiri gimana? katanya kemaren media kultur lu kontam?"
Juliana memasang wajah sedih."Iya... Kayaknya sterilisasinya salah deh. Alatnya yang ngaco."