“Terimakasih telah berbelanja di O-Market!”
Sapaan orang berseragam biru cerah di bagian kasir tampak sangat tulus kepada setiap pelanggan. Dia baru saja menyapa pelanggan yang telah membeli dan membayar belanjaan. Itu adalah pekerjaannya sebagai seorang pegawai dari toko swalayan. Sikapnya sangat cocok dijadikan sebagai pegawai teladan.
“Ha~~~ah.....Akhirnya, aku bisa sedikit istirahat. Tidak kusangka kalau pelanggan akan datang lebih banyak dari dugaanku.” Perkataan laki-laki berambut hitam pendek berkacamata itu terlihat cukup lelah.
Dia sudah kehilangan sikapnya yang cocok sebagai pegawai teladan dengan beberapa kata yang keluar dari mulutnya yang mulai kering. Laki-laki itu duduk sejenak pada kursi kecil di dekat kasir. Dia menghela nafas cukup panjang.
Pikirannya sedikit kacau. Namun, laki-laki itu tidak akan berhenti begitu saja. Dia tidak sembarangan bekerja di toko itu. Apa yang dia incar lebih dari itu. Itu adalah....
“Hasan, ini gajimu...”
“Gajiiiiaaannn!!” Teriakan laki-laki bernama Hasan itu membuat orang yang menghampirinya terkejut.
Hasan mulai terdiam. Wajahnya pun berubah seketika. Dia menjadi sangat pucat. Hasan baru menyadari bahwa dirinya terbangun dari kursi kecil yang baru dia duduki. Hasan membalikkan badannya. Dia menemukan seorang laki-laki gemuk dengan seragam biru dan celana hitam yang sama dengannya. Laki-laki itu masih tidak berkutik setelah mendengar teriakan Hasan yang sangat tiba-tiba tadi.
“B-Bos...Maaf....”
“E-Eh, tidak masalah. Aku paham kalau kau memang menunggu hal ini,” Ujar laki-laki yang merupakan atasan dari Hasan di toko itu. Dia terlihat tidak mempermasalahkan hal tadi.
“T-Tapi....”
“Tidak perlu cemas begitu, Hasan. Aku sudah tau kebiasaanmu setiap kali gajian. Apa kau akan menggunakan gajimu bulan ini untuk membeli sesuatu yang kau sukai lagi?” Atasan Hasan bertanya dengan nada cukup santai.
“Ah, itu benar. Aku ingin membeli gim yang baru rilis hari ini. Fadhel sudah memesankannya untukku beberpa minggu lalu,” Wajah Hasan mulai bersinar saat menjawab pertanyaan dari atasannya itu.
“Gim? Maksudmu.....[Great Hero Online]? GHO, kan?”
“Itu benar!” Hasan menegaskannya dengan sangat percaya diri.
“Aku cukup terkejut. Kau ternyata menyukai gim seperti itu,” Atasan Hasan mengungkapkan hal itu dengan tangannya yang mengusap-usap dagunya.
“Aku tidak menyukai gim-gim seperti itu. Aku ini....sangat menyukai tokoh-tokoh pahlawan sejak dulu. Beberapa Channel TV menayangkan seri yang bagus tentang pahlawan beberapa tahun lalu, tapi anak-anak zaman sekarang sudah cukup teracuni oleh acara televisi yang tidak mendidik. Miris sekali, ya?” Laki-laki itu cukup senang dan sedih mengingat masa lalu yang mulai memudar.
Hasan hanya menatap langit-langit toko. Dia tidak bisa melupakan masa-masa yang pernah menemaninya dan memperkenalkan padanya arti pahlawan sebenarnya. Apa itu pahlawan? Apakah mereka benar-benar ada? Apakah kita bisa menjadi seperti mereka? Menyelamatkan dunia dan memberi harapan pada umat manusia. Itu adalah hal sangat luar biasa. Namun, hal itu bukanlah tugas yang bisa digenggam oleh setiap orang.
Alasan Hasan ingin bermain GHO sangat sederhana. Dia penggemar berat seri berbagai macam tokoh pahlawan, baik fiksi maupun non fiksi. Laki-laki itu merasa bahwa dia dapat mewujudkan impiannya menjadi pahlawan super dalam gim yang baru itu.
“Yah, aku paham tentang kemauanmu untuk bermain GHO, tapi jangan sampai dirimu lupa waktu karena bermain,” Atasan Hasan memperingatkannya dengan cukup tegas. Dia tidak ingin kinerja pegawainya terganggu karena bermain.
“Baik, Bos!”
“Ini gajimu. Gunakan sesukamu.”
Hasan menerima gaji dari atasannya yang gemuk itu. Dia sangat senang mendapatkan amplop tebal coklat bertuliskan namanya di bagian tengah. Matanya bersinar-sinar. Senyumannya penuh dengan kegembiraan yang tidak bisa dibendung.
“Terimakasih, Bos! Kalau begitu, saya permisi dulu!” Hasan sedikit menundukkan kepalanya dengan sopan di hadapan atasanya.
“Ya. Berhati-hatilah saat pulang.”
“Baik, Bos!” Hasan berlari ke arah pintu keluar toko swalayan itu. Dia terlihat masih memasang wajah senang dan tidak sabar untuk mencoba bermain GHO.
Dia sudah lenyap dari toko swalayan yang merupakan tempatnya bekerja. Dia berlari ke rumahnya. Hatinya sangat berseri-seri dengan malam sudah mulai menyapanya. Bintang dan bulan mulai menyapa dirinya dari atas. Dia merasa bahwa gim GHO yang dia dapatkan akan sampai di depan rumahnya malam ini.
=======
Perjalanannya menuju rumah sudah selesai. Dia sudah berada di depan pintu rumahnya yang tidak begitu besar. Laki-laki bernama Hasan itu melihat ke arah bawah. Ada sebuah bingkisan kecil di depan pintunya. Laki-laki itu mengambil bingkisan itu dengan wajah yang masih berseri-seri.
“Ini dia! Sudah tiba!” Hasan mengekspresikan kegembiraannya dengan sangat jelas.
Hasan membuka pintu rumahnya dengan cepat dan menguncinya kembali. Dia melepas sepatunya dengan cepat dan sudah tidak sabar mencoba membuka bingkisan berwarna putih tadi. Dia berlari menuju pintu merah yang ada di bagian tengah dalam rumahnya.
Hasan tidak bisa menahannya lagi. Dia membuka pintu merah itu dengan cepat. Laki-laki itu menyalakan lampunya. Ruangan itu berisi tempat tidur berwarna biru dengan lemari dan meja yang dilengkapi oleh komputernya. Itu adalah kamar tidurnya. Dia membuka bingkisan itu dengan cepat. Hasan merobek bungkus putihnya.
“Great Hero Online....Ini benar-benar.....permainan yang kuinginkan....!! Aha!!” Hasan kegirangan melihat isi bingkisan itu.
Dia berputar putar sesaat di dalam kamar tidurnya. Dia terlalu berlebihan. Lalu, dia menyadari sesuatu dengan cepat. Ada sesuatu yang terselip di bagian kiri kiriman itu.
“Apa ini? Pesan?” Hasan mengambil kertas yang terselip itu.
Hasan meletakkan gim-nya di dekat komputer miliknya. Dia pun membuka kertas itu dengan perlahan. Dia merasa bahwa kertas itu cukup penting. Hasan duduk di kasur empuknya dan menghadap ke arah pintu masih terbuka.
“Pesan dari Fadhel, ya? Coba aku lihat.”
{Hei, Hasan! Kau menerima GHO-nya, kan? Gim ini sudah kupasang ke komputerku. Gim ini termasuk MMORPG dan membutuhkan jaringan internet yang lancar. Jadi, kau harus menyiapkan segalanya. Selain itu, server GHO akan dibuka hari ini pukul 8 malam. Kau harus segera memasangnya ke komputermu! Aku akan menunggumu! Tertanda – Fadhel J}
“Ya ampun, dia cukup serius kalau membahas tentang gim. Baiklah, aku harus segera memasang GHO.”
Laki-laki itu bangkit dari tempatnya duduk. Dia berjalan ke arah komputernya yang masih belum dinyalakan. Hasan menghidupkan komputernya dan menunggu sesaat hingga monitornya menampilkan desktop.
“Ok, sudah siap. Sekarang, aku harus memasukkan CD GHO ini.”
Hasan cukup mengerti dengan apa yang dia lakukan. Dia mengeluarkan CD gim dari wadahnya yang menggambarkan visual dari gim-nya. Laki-laki itu semakin tertarik dengan gim yang akan dia mainkan. Dia memasukkannya ke bagian CPU komputernya.
Pengolahan awal telah dimulai. Hasan mencoba untuk memasang gim itu tanpa bantuan kenalan atau siapapun. Dia menggerakkan mouse dan memainkan keyboard-nya dengan sedikit kaku.
“Oh, ini agak mirip dengan memasang aplikasi biasa dan terlihat lebih sederhana. Setelah menekan ╠ACCEPT╣, pilih tempat penyimpanannya. Aku simpan di Disk D saja. Lalu, pilih tombol ╠INSTALL╣. Oke, selesai!”
Hasan sudah melakukan hal-hal untuk memasang GHO di komputernya. Dia sangat percaya diri dengan kemampuannya yang masih baru di dunia gim. Laki-laki berambut pendek itu tersenyum-senyum sendiri sembari memandang cahaya dari layar monitornya.