“Presiden selanjutnya setelah Soekarno ya Soeharto. Apa maksud pertanyaan ini? Gue nggak ngerti,” Meisya berkernyit dan menatap teman-temannya.
Anak-anak yang lain pun menemukan keanehan yang sama, mereka saling berbisik dan bertanya-tanya. Mereka menganggap soal yang diajukan mengada-ada. Sudah jelas bahwa tidak ada presiden di antara Soekarno dan Soeharto. Mereka pun komplain dengan suara terbuka.
Sisa waktu terus berjalan bagaikan tak peduli suara-suara protes dari semua anak, kecuali Aldi.
“Seharusnya gue yang jawab soal ini,” celetuknya.
Gian, Hara, dan Niar serentak menoleh ke Aldi.
Merasa sedang diperhatikan, Aldi meneruskan ucapanya, “Tahun 1948 pada saat agresi militer II, Soekarno-Hatta diasingkan. Akhirnya Soekarno menyerahkan tongkat estafet kepemimpinan pada seseorang. Pembentukan pemerintahan darurat pun dilakukan. Beliau memimpin RI selama dua ratus tujuh hari.”
“Jadi, soal itu nggak mengada-ada?” Hara juga kaget.
“I-ini gue beneran baru tahu. Artinya dia presiden yang cuma memimpin sekitar tujuh bulan? Setelah itu gimana?” tanya Niar penasaran.
“Dia kembalikan lagi jabatan itu pada Soekarno setelah semuanya mereda.”
“Jelas, fakta ini nggak banyak orang tahu dan game ini memanfaatkan ketidaktahuan itu,” Gian yang menyimak sejak tadi lalu memenyimpulkan.
“Gue juga baru tahu setelah diceritain sama Bokap. Sayangnya bukan gue yang dipanggil maju sehingga pertanyaan itu bisa jatuh ke gue. Seenggaknya ada guru yang bisa selamat,” ada rasa getir dan kesal dalam kata-kata Aldi yang terakhir.
“Lalu siapa nama presiden itu, Al?”
Bertepatan dengan itu, batas waktu untuk menjawab telah habis. Meisya hanya bisa menangis tak berdaya apa-apa.
“Presiden yang terlupakan dalam sejarah, presiden yang tidak banyak orang mengenalnya. Dia adalah....”
Di layar kaca itu tersembul sebuah jawaban. Bersamaan dengan Aldi yang juga mengucapkan sebuah nama. Nama itu adalah ‘Syafruddin Prawiranegara’.
Lagi. Empat orang guru yang tidak beruntung dengan cepat menyusul kematian guru-guru lainnya. Sejauh ini di pihak guru tiga belas orang telah meregang nyawa.
Kalian ini belajar apa sebenarnya?
Sindiran dari game itu begitu menusuk harga diri mereka, siswa dari sekolah swasta ternama. Selanjutnya adalah giliran Aldi. Tak ketinggalan ia pun mendapat semangat dan dukungan dari teman-temannya.
“Semoga aja gue bisa jawab!” batin Aldi penuh harap.
Setelah ia berdiri di tengah lapangan, sebuah pertanyaan pun muncul.
Pertanyaan : Disebut apakah istlah untuk kembang api dalam bahasa Jepang?