Beberapa hari berlalu, mereka semakin dekat satu sama lain. Tanggal 23 Agustus adalah hari di mana mereka menghadiri penerimaan mahasiswa baru. Sisilia dan Flo, mereka jurusan Bisnis. Lizzy, dia calon perawat. Sireen jurusan Sastra Inggris, sedang Katy jurusan Farmasi. Aerina adalah pecinta alam, dia berada di jurusan Geologi. Menariknya, Viggie, June, Meidi dan Daisy berada di fakultas yang sama. Viggie anak Broadcasting, June dengan bangga memperkenalkan dirinya sebagai anak Manajemen Komunikasi, sedang Meidi dan Daisy berada di jurusan Komunikasi.
“Kamu Komunikasi, juga?” tanya Meidi pada suatu malam saat mereka berjalan menuju meja makan. Daisy melirik sedikit, lalu menjawab, “Uh’huh.”
Semesta seperti sengaja mempertemukan mereka dalam berbagai hal.
“Kita sekelompok!” seru Meidi suatu siang di kamar Daisy.
“Jadi, kalian sekelas?” tanya June. Suara June selalu saja terdengar seperti mencibir. “Ya, kalau itu belum tahu,” balas Meidi.
Pada malam hari lainnya, Sisilia, Flo, Lizzy, Sireen dan Katy membuat pertemuan. Mereka sedang merencanakan untuk pergi ke Trans Studio pada hari minggu. Sisilia sebagai seksi acara merancang rundown dengan sempurna. Pada pukul 10.00 mereka pergi ke Trans Studio, lalu pukul 15.00 mereka berjalan-jalan di sekitar Braga sambil berburu foto-foto dengan vibes kota tua, lalu pada malam harinya pergi ke China Town. Itu akan jadi hari yang padat.
Setelah membuat daftar perjalanan yang ingin mereka lakukan, mereka sampai pada keputusan bahwa setiap hari minggu, mereka akan melakukan perjalanan ke tempat-tempat dalam daftar. Tentu saja bila tidak ada kegiatan lainnya. Walau sepertinya akan sulit berjalan mengingat betapa hari-hari pertama perkuliahan akan jadi yang tersibuk.
Di kamar Daisy, dengan background musik dari lagu-lagu Japanese Breakfast, mereka menikmati kegiatan mereka masing-masing. June menonton anime, Meidi menonton video memasak, dan Daisy membaca novel. Mereka fokus tanpa merasa terganggu dengan keberadaan yang lainnya seperti keajaiban. Pernah beberapa kali June dan Meidi tertidur di sana. Sejak hari itu, kamar ini menjadi kamar kedua bagi mereka.
Meidi dan Daisy menjadi dekat sejak mereka sering menghabiskan hari di kamar, walau tanpa banyak bicara. Itu terjadi begitu saja. Kedekatan mereka sudah pada tahap Meidi mengetuk kamar Daisy hanya untuk menemaninya mencari bubur. Atau malam-malam saat dia merasa tidak nyaman sendirian di kamarnya, ia bisa saja tiba-tiba mengetuk pintu kamar Daisy kapan saja hanya untuk duduk di sana.
Siang itu, June menatap pintu, ia merasa ada ketukan dari luar. Ia lalu membuka headphone-nya, “Ada yang ngetuk pintu, gak sih?” tanya June.
“Uh’huh, kayaknya,” balas Meidi yang sedang fokus menulis menu. Daisy berbalik dan menatap June. Ia bangkit dan berjalan menuju pintu, membukanya. Itu Lizzy.
“Hey!” sapa Lizzy, wajahnya tampak gugup. “Ya, Liz?” balas Daisy.
“Lizzy, kah?” tanya Meidi sembari memiringkan kepalanya berusaha melihat seseorang yang berada di balik Daisy.
“Lizzy?” sahut June, ia segera bangun dan menghampiri Daisy.
“Hey, guys!” sapa Lizzy. Daisy kembali duduk. June bersikap santai, bertanya, “Ada apa, Liz?”