Pagi-pagi sekali para gadis sudah berkumpul di meja makan untuk sarapan. Helena dan Mbak Ami sempat berpikir bahwa kegiatan perkuliahan dimulai hari ini. Tapi setelah mendengar penjelasan June, Helena merasa senang karena para gadis itu akan bersenang-senang. Sepertinya jauh lebih senang dari mereka yang melakukannya, ia menunjukkannya dengan bersenandung.
Daisy keluar dan berdiri di pintu, ia juga terkejut saat menemukan teman-temannya sedang berkumpul di meja makan. Itu masih sangat pagi, pikirnya. Meidi melambaikan tangan dan menunjuk tempat duduk yang sudah ia siapkan untuknya, dan dengan segera Daisy menghampirinya. Ia duduk di antara June dan Meidi. Lagi-lagi Aerina tidak bergabung.
“Lo tahu gak, ada berita besar,” bisik June, nada suaranya berbisik dan dramatis.
“Berita besar?” tanya Daisy. June mengangguk. “Nanti gue kasih tahu,” balas June dengan berbisik.
Daisy tersenyum melihat Helena yang tampak begitu cerah hari ini. Sisilia, Flo dan Lizzy memancarkan aura paling cerah di antara yang lainnya.
“Trio happiness,” komentar June. Daisy dan Meidi saling bertatapan, mereka berdua mengerti apa yang June maksud, lalu mereka menatap June secara bersamaan. “What?” tanya June bingung. Daisy dan Meidi hanya tersenyum sembari menggelengkan kepala.
Acara sarapan itu berlangsung dengan menyenangkan. Mereka membicarakan tentang kegiatan mereka hari ini, tema pakaian, sampai tempat makan siang dan malam. Mendengar hal itu, ekspresi Helena sempat berubah. Itu artinya makan siang dan makan malamnya akan sepi. Walau begitu, ia tidak mau mengganggu kesenangan para gadis.
“Oke, kita ada 3 mobil. Mobil Flo, Viggie, dan June, jadi aku rasa cukup. Aku sama Lizzy bakal ikut mobil Flo. Sireen dan Katy bakal ikut mobil Viggie. Dan, Meidi sama Daisy, ikut June,” ujar Sisilia dengan bersemangat, dan berubah saat June mengatakan, “Yeah, Daisy gak ikut.”
Itu semacam perusak suasana sebenarnya. Daisy merasa bersalah.
“Really?” tanya Sisilia, Lizzy juga terlihat kecewa. “Ya. Aku ada, janji sama temenku hari ini,” katanya, gugup.
“Oh, sayang banget, Dais. Tapi it’s ok, have fun, ya, Dais,” ujar Sisilia, wajahnya berubah cerah. Lizzy menganggukkan kepalanya, “Ya, have fun, Dais,” ia menambahkan.
Setelah selesai membahas teknis hari ini, mereka kembali ke kamar masing-masing untuk bersiap-siap. Seperti biasa, kamar Sisilia menjadi markas mereka. Tawa dan sesekali lengkingan membuat siapa pun bisa tahu bahwa mereka sangat bersenang-senang.
“Kamu yakin, gak mau berubah pikiran?” tanya Meidi yang sedang berbaring di tempat tidur Daisy sembari menatap langit-langit. Ia sudah siap dengan look simple-nya.
Daisy mengangguk sembari menyisir rambutnya, “Ya.”
“Apa dia bakal marah kalo kamu batalin acaranya?”
“Ya. Mungkin bakal berbulan-bulan.”
“Ya, cewek emang gitu sih, makanya kadang ada aja temenku yang bilang kalo temenan sama cewek itu ribet, kita main sama yang lain aja bisa jadi masalah,” ujar Meidi setengah tertawa.
Daisy menghela napas, “Dia, cowok,” jawab Daisy dengan sedikit malu. Meidi bangkit, wajah terkejutnya menatap Daisy, “What? Dia cowok?” tanyanya. Daisy mengangguk.
“Kalian temenan?” tanya Meidi. Daisy mengangguk pelan, lalu memandang lantai. Rahang Meidi hampir jatuh, “Oh, cool,” katanya, lalu merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur lagi.
Seketika hening di antara mereka berdua. Dengan pintu kamar yang terbuka, Daisy dan Meidi bisa mendengar jelas suara-suara bahagia dari kamar Sisilia. “Kamu pergi kapan, Dais?” tanya Meidi memecah kesunyian.