Di kelas, Meidi sedang sibuk mencatat sesuatu yang ia dapatkan dari layar ponsel. Di sebelahnya, Daisy mengamatinya sesekali, lalu kembali membaca novel yang baru saja ia beli, kali ini karya Sue Monk Kidd. Ia membiarkan Meidi yang begitu khusyuk menyelesaikan kegiatannya. Siang itu, ia mulai menyadari ada sesuatu yang aneh di sana. Ia sadar, Kelana memperhatikannya. Sedetik kemudian ia merasa canggung. Ia hanya menunduk –membaca novelnya- lalu sesekali melakukan peregangan mata dengan menatap ke luar jendela. Ia berusaha keras untuk tidak melihat ke arah Kelana sedetik pun.
Kelas Pak Hilman berakhir, kelas pengantar komunikasi. Di perjalanan menuju kantin, Meidi dan Daisy sibuk membahas desas-desus tentang ospek jurusan yang semakin dekat. Mereka pernah mendengar seseorang bercerita dengan cara yang menakutkan, seolah seniornya benar-benar bisa berubah menjadi serigala. Kali ini, mereka membahasnya dengan cara yang lucu, sesekali tertawa.
“By the way, minggu depan jurusan TV Film mau ada acara, kamu mau join?” tanya Meidi.
Daisy sempat berpikir, ragu-ragu untuk memberikan jawaban. “Ayolah, kita seneng-seneng. Kamu bisa ajak Noah kalo mau.”
“Aku, gak, yakin,” jawabnya. “Aku lebih seneng tidur kalo akhir pekan.”
“Ya, aku juga. Tapi ini bakal keren, katanya. Nela bahkan bilang, bisa sekalian cari jodoh, kalo kamu mau.”
Daisy tersenyum, menggelengkan kepalanya. “Ok. Ok. Sorry, aku lupa.”
Ketika Sisilia melihat ke bawah, dari balik jendelanya, ia tidak sengaja melihat. Ia mengamati Aerina yang sedang duduk dengan teman-temannya. Aerina merokok dengan dua orang laki-kaki, dan satu perempuan. Mereka terlihat akrab. Tiga orang lainnya terlihat bergurau. Tapi Aerina tidak jauh berbeda ketika sedang bersama teman-teman Bormes Les Mimosas. Ia cenderung diam, sesekali merespons, lalu diam lagi. Seperti di kepalanya terdapat banyak sekali hal yang mengganggu pikirannya.
Saat ia bertemu Flo, ia hampir saja kelepasan membahas Aerina. Untung saja Flo tidak benar-benar menyimak, ia sedang membalas pesan dari Zaxi. Baru saat bertemu dengan June di rumah, tepatnya di kamar June, ia membahas keresahannya tentang Aerina.
“Gue pengen bantu dia, tapi gak tahu caranya gimana,” ujarnya, ia mengatakannya dengan sungguh-sungguh, seperti seorang ibu yang sedang membahas perilaku aneh anaknya.
“Masalahnya dia gak minta bantuan kita, Sil, dia bahkan gak cerita apa pun. Jadi, kalo pun kita bantu, gue takutnya dia justru ngerasa terganggu.”
“Iya, gue tahu. Tapi gue ngerasa kalo dia tuh butuh bantuan.”
“Ya, bukan lo aja, gue sama Meidi juga ngerasa gitu kok. Waktu gue masuk ke kamarnya, gue bener-bener shock liat warna baru dari Aerina. Walau gue tau kalo dia tomboi, free, tapi gue gak pernah nyium bau asap rokok kalo deket dia, jadi gue kaget banget waktu tahu kalo dia ngerokok, bahkan minum. Gue bahkan khawatir kalo dia....”
“Enggak, dia pasti gak sejauh itu June. Gue yakin.”
“Semoga aja. Gue juga maunya gak terjadi apa-apa sama dia.”
Malam itu, saat makan malam bersama, Aerina tidak bergabung bersama mereka. Dia bahkan belum pulang. Tidak dengan malam itu, bahkan malam berikutnya, berikutnya sampai puncaknya malam kamis, saat Helena mengunjungi temannya di Garut, Saska menghubungi Sisilia kalo Aerina mabuk lagi.
Ia segera berlari ke kamar June untuk menyampaikan hal itu. Kali ini, June meminta bantuan Meidi. Saat menyadari Helena sedang pergi ke rumah temannya, mereka memutuskan untuk membawa Aerina masuk. Yang tidak mereka perhitungkan adalah keberadaan Mbak Ami. Saat Aerina masuk, bau alkohol benar-benar merebak ke mana-mana, bahkan aroma eukaliptus di ruangan itu hilang begitu saja. Saat itu pukul 2.00, hanya lampu kamar Katy yang masih menyala.
June dan Meidi membopong Aerina yang saat itu setengah sadar. “Lepasin gue, jalang. Lepasin gue,” Aerina terus saja mengatakan hal itu. Bahkan sampai ia rebah di atas tempat tidur. Sisilia dengan perhatian menyelimutinya, lalu mereka saling tatap dan meninggalkannya sendirian.
Sebelum hal itu terulang lagi. June memutuskan untuk membahas hal ini dengan Aerina. Ia datang ke kamar Aerina pada pukul 10.00 pagi. Ia berharap Aerina sudah lebih baik pagi itu. Dalam keadaan setengah sadar dan kepala yang sakit, ia menyambut June. Ia membawa air lemon hangat dan sarapan.