Pagi yang cerah menaungi salah satu universitas swasta terkemuka di Medan. Mahasiswa dan mahasiswi terlihat sibuk, dengan aktifitas masing-masing. Lila baru saja tiba di parkiran yang berada tepat di depan kampus. Setelah menstandarkan motor, Lila membuka helm dan wajah cantiknya tersembul, dengan keceriaan. Langkahnya pasti saat berjalan menuju ruang kuliah. Ketika berpapasan, dengan tiga mahasiswi yang sedang berdiri, Lila memasang senyum manis. Mereka membalas dengan senyum seadanya, lalu saling berbisik, seraya menatap dirinya. Lila merasa mereka sedang membicarakan dirinya. Hal yang sama pun terjadi, ketika bertemu beberapa mahasiswa dan mahasiswi. Semua terlihat sedang memperhatikan dirinya, mereka saling berbisik, dengan tatapan tertuju padanya. Lila memperhatikan mereka, sementara kakinya tetap melangkah. Suasana di sekitarnya terasa tidak nyaman. Lila mencoba acuh, namun suasana tidak nyaman terasa, hingga ia tiba di kelas. Lila menatap teman-temannya, mereka yang semula bicara dengan suara keras, tiba-tiba saja terdiam. Semua mata tertuju padanya. Pelan-pelan, satu demi satu mereka keluar dan meninggalkan dirinya.
Lila menghela napas berat, kakinya melangkah menuju tempat duduk. Lalu, melabuhkan punggungnya di kursi. Ia merasa ada yang aneh. Mengapa semua teman bersikap tidak seperti biasanya? Dan, keanehan itu terjawab, ketika Rara datang. Sahabat satu bangkunya itu bertanya, tentang hubungannya dengan Thomas.
"Kenapa kamu tanya itu?" Dahi Lila berkerut.
"Aku cuma mau tau. Apa kamu masih pacaran sama Thomas?"
"Masih....." Lila menjawab singkat.
Rara terdiam sesaat, menghela napas, lalu berkata
"Kata Thomas kamu udah putus sama dia. Sekarang, Thomas lagi pacaran sama Theana."
"Apa? Thomas bilang seperti itu?" Lila tidak yakin
"Iya, La. Malah sekarang ini, Thomas lagi duaan sama Theana di taman belakang kampus."
Mendengar kalimat terakhir Rara, dada Lila terasa sesak dan panas. Napasnya berdetak cepat, ia pun bangkit, lalu melangkah keluar kelas. Rara memanggil Lila, namun gadis berambut panjang sebahu, berkulit putih itu tidak mendengar.
Lila tidak percaya ucapan Rara, ia ingin membuktikannya. Kakinya bergerak cepat menuju taman. Ketika sampai di taman, langkah gadis tinggi langsing itu perlahan pelan. Matanya berkaca melihat pemandangan di depannya. Thomas duduk bersama Theana, gadis itu menyandarkan kepalanya di dada Thomas. Lila mendekati mereka yang tidak menyadari kehadirannya.
"Tom ... !" Lila memanggil dengan nada gemetar. Menahan marah, serta kesedihan.
Seketika,Thomas menatap Lila. Lila berharap ada kekagetan di mata Thomas. Namun, Thomas seolah biasa saja. Pemuda yang telah satu tahun menjadi kekasihnya itu hanya tersenyum tipis. Lalu memeluk bahu Theana yang menatap Lila, dengan wajah polos. Wajah munafik yang selalu diperlihatkan pada semua orang
"Hai, La. Kamu ngapain ke mari?" Thomas bertanya seakan tidak merasa bersalah.
Lila menghela napas pelan. Ia tidak mau menjawab. Lila hanya diam, sebelum memutar tubuh dan berlari. Sebelum jauh meninggalkan taman, Lila ingin Thomas memanggil namanya dan berlari mengejar. Tetapi, ia tidak mendengar suara Thomas, hingga kakinya menginjak tempat parkir.
########