Punk Mission

Ratna Dks
Chapter #3

Ibay

Hampir satu sekolah menoleh kaget begitu sepeda polygon yang Ku kendarai memasuki gerbang sekolah menuju pelataran parkir sepeda motor. Ada yang melongo, ada yang tersenyum geli ada juga yang langsung tertawa terbahak.

 “Apa aku tidak salah lihat?” Novan turun dari honda super cupnya. Diikuti Gimong yang dibonceng dibelakang. Mereka memandangiku yang tengah merantai sepeda polygon-ku.

“Ini gara-gara usulmu.“ Aku melotot kesal ke Gimong.

Gimong melepaskan tawa tak bersalah “Tak ada yang salah dengan usulku. Sebaliknya cara berpikir orang tuamu yang kurasa salah. Dimana-mana anak orang kaya selalu difasilitasi, hanya kau anak orang kaya yang seperti anak terlantar.”

“Gimong benar. Ayahku yang peternak ayam saja masih lebih rela merogoh tabungannya untuk membelikanku motor antik ini.” Novan menepuk jok motornya.

“Tapi papa mamamu, benar-benar aneh.” Novan menggeleng tak mengerti.

Ketiganya berjalan pergi meninggalkan halaman parkir menuju koridor kelas.

 “Memang. Mereka meniadakan uang transportku sejak hari ini dan mempercayakan sepeda itu untuk kendaraanku ke sekolah. Benar-benar menjatuhkan harkat dan martabatku ke titik terendah.” Aku menunduk lesu menekuri lantai koridor yang ku tapaki.

“Bagaimana kalau kau melakukan aksi mogok makan agar hati orang tuamu melunak?. Kali saja mereka akan mengembalikan uang transportmu.” Novan memberi usul.

  Aku mendongak dan menoleh cepat ke Novan, tak terpikir dalam benakku sebelumnya ide itu. Itu ide briliyan yang mungkin bisa memberi hak tawar padaku.

“Kali ini ganti saranmu yang ku ikuti. Saran Gimong, cukup sekali. Aku tak mau dengar lagi.” Gimong menyeringai lebar.

Bunyi langkah kaki terdengar mendekat ke kamarku, aku yang sedari tadi menempelkan telinga dipintu buru-buru naik ke ranjang.

Sesuai prediksiku, Mama muncul di ambang pintu. Mungkin setelah makan malam dengan Papa tadi, Mama menyadari lauk yang utuh tidak seperti biasanya.

 “Rumi, mama tahu kamu belum tidur.”

 Mendengar teguran mama disisi ranjang aku bermalas-malasan duduk.

“Diet kamu berubah jadi nggak makan?”

“Rumi mogok makan.” ku tekuk wajah dihadapan Mama yang masih berdiri memandangiku.

“Gara-gara nggak dibeliin kendaraan?”

 “Ya iya lah mah. Nggak mungkin kan karena putus cinta sementara pacar aja Rumi belum punya.” Aku berujar kesal.

“Keren. Emangnya kamu pikir mama bakal berubah pikiran?, nggak banget.” Mama menggeleng cepat.

 “Pasti. Kalau Rumi mogok makan, trus Rumi jatuh sakit. Pasti mama baru menyesal.”

 “Akh kelewat imajinatif kamu kaya di sinetron. Kamu nggak bakal tahan. Lagian sepeda kamu emang kenapa? itu kan juga kendaraan.” Mama dengan gayanya yang nggak pernah bisa diajak serius nanya.

 “Iya kendaraan yang nggak pake mesin. Bener-bener ngabisin tenaga buat ngayuhnya. Pokoknya Rumi mau mama papa beliin Rumi mobil atau minimal motor, titik.”

 “Ingat Rumi, umurmu baru berapa tahun? enam belas. Belum bisa punya SIM, dan tanpa SIM untuk apa mama papa belikan kendaraan, percuma!. Cuma akan mengajarkan kamu melanggar lalu lintas.”

Lihat selengkapnya