Guidance Noob

Alviona Himayatunisa
Chapter #1

What Fucking Intro

Bugh

Bugh

Dua penghapus papan tulis dilumuri tinta hitam dari spidol mendarat mulus di masing masing wajah si pembuat kejengkelan yang duduk paling depan sembari kepalanya menunduk pada game onlinenya. Mereka bukan murid nakal yang menuai keributan, pun bukan murid yang mengabaikan celotehan guru guru sedang memaparkan materi. Mereka hanya … sedikit menjengkelkan menurut presepsi kinerja bendahara kelas.

 Hrizel dan Soka saling menatap sebelum memejamkan mata kesal lantaran gelak tawa teman temannya mengisi penuh dengung telinga. Ah, alasan mereka tertawa sangat mainstream, pasti karena wajahnya sudah dilumuri tinta hitam. Harusnya itu lucu sialan.

“Muka loe item Rize, mau gua foto gak? akhir akhir ini rumah kita banyak curut.”

“Foto berdua aja gimana?”

“Ide bagus.” Soka melog out permainannya lantas bersedekap dada, menyiapkan diri untuk dihajar habis habisan oleh si murid teladan berpredikat comloude tapi jabatannya hanya sebatas bendahara kelas. Kasian, murid itu tidak memiliki esesnsi tinggi di wilayah sekolah.

“Kapan kalian mau bayar kas hah? dari semester ganjil sampe genap, tunggakan kalian masih sama, segede gunung. Setiap acara pasti aja gua yang nombokin.” gelak tawa yang tadinya riuh dan saling mencibir setelah melihat wajah keduanya menghitam seketika terdiam tapi masih menyisakan bisikan bisikan halus. Melati berkacak pinggang di depan papan tulis dengan wajah muram menahan marah. Melihat bagaimana reaksi Soka dan Hrizel yang tenang seolah kemarahannya bukan hal sepele, Melati berniat melemparkan vas bunga di atas meja guru. Tapi niatnya teredam karena tidak mau menambah kekacauan.

“Soka, duit yang dikasih ka Yesin minggu kemarin, kemanain? Itukan buat bayar iuran si Melati ali baba, masa setiap sekolah hidup kita kaya dikejar kejar rentenir?” bisik Hrizel diiringi gerutuan karena lagi lagi ia kena damprat oleh si bendahara sok bijaksana tapi memang faktanya bijaksana.

Soka merangkul pundak Hrizel sembari mendekatkan mulutnya pada salah satu telinga gadis itu, “Loe bisa punya Diamond buat beli skin sama hero baru, emang pake duit siapa?”

“Duit dari loe,” Hrizel menjawab polos.

“Nah gua juga dapet dari kak Yesin. Salah?”

Sontak mata sipit Hrizel membulat tidak percaya akan pernyataan Soka. Kalau saja ia tau uang yang mereka gunakan adalah untuk keperluan sekolah, Hrizel mungkin tidak akan neko neko membeli ini itu sepuasnya. Soka menggedikan bahu acuh setelah melihat reaksi shock Hrizel. Ya menurutnya, apa salah memanfaatkan uang pemberian kakaknya?

“Salah anjir, itu duit bukan buat poya poya, buat bayar iuran kas. Minggu kemarin tuh si Alibaba ngadu sama bu Yasmin kalau kita gak ada partisipasinya buat hidupin kemajuan kelas, nah maka dari itu kak Yesin dapet surat panggilan.”

“Tenang aja, kode otp black cardnya ka Haru gua yang pegang.” Ucap Soka tersenyum evil pada Hrizel. Gadis itu lagi lagi dibuat shock oleh kembarannya yang minim akhlak. Kalau ia diberikan satu permintaan oleh Tuhan, ia akan meminta akhlak dan otak Soka dikembalikan.

“Wahhhh anjir, gak ada akhlak emang loe.”

Brak

“Loe mau pada bayar kagak woy? Dasar setan.” bentak Melati usai menggebrak meja guru mengagetkan teman temannya. Sebagian mengumpat, sebagian lagi asyik menonton pertunjukan.

Soka mendongak, menatap datar Melati si pengganggu hidup sentosanya, “Mau bayarlah, berapa sih tagihannya? Kalau gak sampe satu juta, rambut loe jaminannya.” Ancam Soka menunjuk rambut cantik Melati yang dihiasi jepit kupu kupu di kedua sisinya.

“Gak tau diri ya loe, bukannya cepet bayar malah ngancem. Mati aja kalian berdua. Ditagih baik baik tapi masih aja ngelunjak.” Sewot Melati.

Lihat selengkapnya