Sebuah tangan menggoyangkan pena, menciptakan aliran tinta di atas halaman kosong buku diari. Gadis itu menuliskan sesuatu, menumpahkan isi di dalam pikirannya:
Aku adalah salah satu warga Cirebon yang terletak di provinsi Jawa Barat. Rumahku berada tak jauh dari balai Desa Bojong Utara Kecamatan Jamblang. Aku ingin menceritakan sesosok manusia berjiwa pahlawan. Dia adalah Gukapi Ibnusujil, seorang lelaki yang berasal dari desa sebelah, yaitu Bojong Timur.
Gukapi lahir dari keluarga cukup miskin. Ia memiliki dua orang kakak dan satu adik. Ayahnya bekerja sebagai tukang jamu keliling dan sang ibu hanya guru ngaji tanpa bayaran. Ketika ayah dan ibu Gukapi meninggal, ia dididik menjadi pemuda yang taat oleh sang kakak. Walau terlahir dari keluarga miskin dan latar belakang pendidikan rendah, hal itu justru menjadi motivasi bagi dirinya untuk menjadi orang sukses.
Ketika tumbuh dewasa, orang-orang mulai mengenal dan menyebut Gukapi pemuda yang mandiri serta rajin berwirausaha. Di usia 23 tahun, ia menikahi gadis cantik asal Desa Bojong Utara bernama Sarah Lonawi yang masih berusia 15 tahun. Berbeda dengan Gukapi, Lonawi berasal dari keluarga yang cukup kaya. Ayahnya berpofesi sebagai Pegawai Negeri Sipil yang bertugas di dinas pertanian. Sedangkan ibunya pedagang hebat yang tak kenal lelah, wanita itu bernama Saryaniyem. Malangnya, di usia Lonawi yang masih kecil, ia harus kehilangan sosok ayah yang hebat.
Setelah kepergian sang suami, bukannya memperhatikan dan mengurus anak-anak yang masih duduk di bangku sekolah dasar, Saryaniyem justru semakin sibuk dengan aktivitas berdagang. Karena hal tersebutlah, Lonawi dan adiknya putus sekolah akibat kurang perhatian dari orangtua.
Walau berasal dari latar ekonomi yang berbeda, tetapi Gukapi dan Lonawi disamakan dengan latar pendidikan yang rendah. Gukapi berhasil lulus sampai sekolah dasar, sedangkan Lonawi hanya sampai kelas empat saja.
Setelah menikahi primadona Desa Bojong Utara, Gukapi berjanji pada dirinya sendiri bahwa ia akan berusaha membahagiakan sang istri. Ia tahu bahwa Lonawi terlahir menjadi anak serba kecukupan. Karena hal itulah Gukapi bertekad bukan hanya mencukupi Lonawi, tetapi ia juga akan memberi yang lebih.
Tak muluk-muluk hendak menjadi orang paling kaya di Bojong Utara, harapan Gukapi hanya ingin membahagiakan istri dan anak-anak dengan caranya sendiri.