GUKAPI: Lelaki yang Tak Suka Air Mata

tettyseptiyani02
Chapter #9

Keberhasilan dan Perpecahan

Usaha Gukapi yang tak kenal lelah kini berkembang pesat. Setiap hari, ia keliling kampung dan pasar untuk menjual mainan, celengan, dan perabotan rumah tangga yang dipikulnya dengan sabar. Perlahan, pelanggan setianya mulai bertambah, dan keuntungan yang didapatkan pun semakin besar. Dengan tekad dan kerja kerasnya, Gukapi akhirnya bisa membeli emas murni 24 karat seberat 10 gram untuk Lonawi sebagai simbol cinta dan penghargaan atas kesetiaan istrinya selama ini.

Malam itu, Gukapi menyerahkan emas itu kepada Lonawi dengan senyum penuh kebahagiaan.

"Ini, buat Mama," kata Gukapi sambil menyerahkan sebuah kotak kecil berisi emas murni.

Pria itu sudah lama memanggil istrinya dengan sebutan Mama. Begitu pun sebaliknya.

Lonawi membuka kotak pemberian suaminya, ia melihat emas di dalamnya. Matanya berkaca-kaca, tak percaya dengan hadiah yang diberikan suaminya. 

"Masya Allah, Pa. Ini beneran buat Mama?"

"Ya ... alhamdulillah Allah ngasih rezeki lebih. Ini hasil kerja keras kita bersama, tanpa doa dan dorongan Mama usaha kita gak bakal bisa sampai sekarang. Insya Allah, ke depannya kita bisa lebih baik lagi."

Lonawi memeluk Gukapi erat, merasakan hangatnya cinta dan kasih sayang suaminya. Mereka melanjutkan malam itu dengan penuh kebahagiaan bersama Ajeng, yang kini sudah semakin bertumbuh.

Sayangnya, kebahagiaan itu tak berlangsung lama. Beberapa hari kemudian, Karto mendatangi Gukapi dengan wajah yang berbeda dari biasanya. Tidak ada senyum atau canda yang biasanya mengisi perbincangan mereka.

"Pi, aku mau ngomong sesuatu," kata Karto dengan nada datar.

"Ada apa, Kar? Kayaknya serius banget," jawab Gukapi, sedikit heran.

"Kayaknya, mending kita pisah makan aja. Kamu kan udah banyak penghasilannya, beda sama aku dan istri. Menurut kami berdua, lebih baik kalau kita masing-masing urus makan sendiri."

Gukapi terkejut mendengar permintaan Karto. Tak pernah terpikirkan olehnya bahwa pencapaiannya akan menimbulkan sikap yang berbeda dari Karto. 

"Aku mah gak bisa pasang harga murah ke toko-toko. Gak masuk di akal hitung-hitungan. Pelangganku ada yang minta udahan, alasannya dibelanjain sodaranya lah. Tapi pas aku telusuri, ternyata mereka ngisi barang sama kamu!" tutur Karto.

"Astaghfirullah... aku gak tahu, Kar. Memang siapa saja pelanggan kamu? Biar aku bilang sama mereka untuk balik saja sama kamu." 

Lihat selengkapnya