Gulung Pensil

Farida Zulkaidah Pane
Chapter #4

Nama yang Salah Kostum

Ustazah mengakhiri ceramah dengan doa. Semua guru dan siswi mengaminkan. Para penghuni di Kerajaan Pikir ikut mengangkat tangan dalam doa, berharap berikutnya hari akan lebih ramah bagi putri kecil mereka.

Seiring dengan bubarnya barisan, Bila menarik napas dalam-dalam, Dengan tekad baru, gadis kecil itu melangkah menuju kelas, siap menghadapi tantangan berikutnya, berharap suatu hari nanti dia akan bisa memahami semua kata-kata semacam tadi dengan jelas, tanpa harus berjuang melawan derasnya arus sungai.

Teman-teman Bila heran melihat gadis kecil itu keluar dari barisan sebelah.

Di pintu kelas, seorang perempuan paruh baya menyambut para siswi dengan senyum lebar yang hangat. Ustazah menatap lebih lama kepada Bila yang memilih menjadi orang terakhir yang masuk kelas. Setelah semua duduk di tempatnya masing-masing, perempuan santun tersebut mengucap salam dan dibalas para murid.

"Perkenalkan, saya Ustazah Halimah, guru kelas dua. Hari ini, kita memiliki teman baru. Ayo, Bila, maju ke sini dan perkenalkan dirimu ke teman-teman," ujar ustazah sambil melambai.

Semua mata menoleh ke belakang. Kelas ini tadinya hanya berisi 14 orang. Dengan adanya Bila, jumlah siswi menjadi ganjil. Itu sebabnya Bila duduk sendirian.

Bila yang sedang asyik mengamati dekorasi cerah di dinding hasil prakarya para siswi kelas dua dulu, terpaksa bangkit dan berdiri di samping ustazah. Dia memandangi wajah-wajah yang menunggu dengan penuh perhatian. Beberapa tersenyum, dan yang lain menatap penasaran.

Sementara, Kapten Nero dan pasukan warna-warni yang bulat seperti kelereng itu melewati jembatan sinaps bercahaya menuju area Hutan Kata, letaknya lebih dalam dari Lembah Huruf. Di sini, kata-kata tumbuh seperti pohon. Kadang-kadang terlihat jelas, dan di lain waktu tersembunyi di balik kabut. Jalur-jalur di hutan ini laksana labirin.

Kapten Nero mengumpulkan para pohon kata untuk memberikan pengarahan singkat. Seperti biasa, kata-kata itu bersemangat dan sulit dikendalikan. Mereka suka melompat dan berkeliling, berdansa, lalu berputar di udara.

Pasukan Kapten Nero mencoba menangkap setiap kata yang lolos dan membawanya kembali ke tempat yang aman. Namun, kata-kata itu licin dan gesit. Mereka suka tergelincir, bangkit sambil tertawa, dan kembali berkeliaran.

Dengan sigap, sang Kapten berhasil menata empat kata agar tetap dalam barisan. Saat Bila membuka mulut, kata-kata tersebut bergerak dari Kerajaan Pikir menuju dunia nyata.

"Asalamu-mualaikum. Nama saya Bila ...,” katanya terbata-bata tetapi berusaha untuk tetap tersenyum manis.

“Lengkapnya?” potong Ustazah Halimah dengan halus.

Para penghuni Hutan Kata terkejut. Mereka memanggil rombongan Nama Lengkap yang segera bersiap meluncur. Rombongan itu berkumpul di tepi sebuah trampolin besar dari serat-serat sinaptik elastis, membantu melompati selokan dengan cairan lengket di dalamnya menuju dunia nyata.

Lihat selengkapnya