Gulung Pensil

Farida Zulkaidah Pane
Chapter #7

Karena Anak Ustaz

Hasil tulisan Arab Bila memang terlihat agak tidak teratur dan goyah. Beberapa huruf terlalu besar dibandingkan dengan yang lain, dan penempatan titiknya kadang tidak akurat. Namun, semua huruf masih dapat dikenali, yang merupakan pencapaian besar bagi Bila mengingat kesulitan visual dan motorik yang dia hadapi.

Sedangkan tulisan Indonesia Bila cenderung lebih rapi dibandingkan dengan tulisan Arabnya, meski masih ada beberapa yang miring atau terbalik posisi huruf, suku kata, bahkan kata-katanya. Spasi antarkata terkadang tidak konsisten, beberapa terlihat padat sementara yang lain terlalu renggang.

Namun, ini bukan masalah besar bagi Bila. Ustazah Halimah masih memaklumi dan menyemangatinya. Yang jauh liebih penting, Uni tidak melihat hasil kerjanya sehingga tidak menjadikannya bahan ejekan.

Sayang, kelegaan tersebut tak berlangsung lama. Jam istirahat kedua telah tiba, membawa gelombang kegembiraan dan kebisingan saat anak-anak bergegas ke halaman sekolah. Matahari terik menambah semarak suasana.

Kali ini, anak-anak kelas 2 harus mengalah dan memberikan giliran para siswi kelas 1 untuk menggunakan area bermain. Tidak ada yang berani merebut dari para adik kelas itu karena Ustazah Wina mengawasi di kejauhan.

Bila tadinya hanya ingin menikmati air putih di botol minum sambil tetap berada di dalam kelas, tetapi Asma’ dengan riang mengajaknya bergabung dengan gerombolan siswi kelas dua yang memilih duduk-duduk di sudut halaman, di bawah naungan pohon rindang, Asma’ mengajaknya berkenalan dan menghafal nama teman-teman sekelas.

Uni, sambil menikmati camilan, memulai percakapan yang sedikit nakal. "Hei, Bila. Kamu kan, anak ustaz? Kok, enggak punya hafalan Al-Qur'an, sih?" tanyanya dengan nada agak menggoda.

Bila merespon dengan hati-hati. "Iya, la-agi usaha.”

“Jangan gitu, Ni,” tukas teman sebangku Asma’ yang Bila baru tahu bernama Zahra. “Bila kan, anak guru IPA. Jadi, mungkin belum biasa menghafal.”

“Siapa bilang? Asma’ tuh, anak Ustazah Wina, guru IPA juga. Tapi, bisa hafalin ayat cepet banget. Nilai pelajaran umumnya juga bagus!" cemooh Uni.

Bila merasa sedikit malu, tetapi cepat-cepat berusaha menenangkan diri. "Wah! Asma' he-hebat, ya. Tapi, enggak semua-a anak kayak dia, kan?"

“Kita harus seperti dia, Bil. Itu gunanya belajar di sini,” sergah teman sebangku Uni, Risma.

“Apa-a kalian semua kaya-ak Asma’?” tanya Bila takjub.

“Ya, Uni seperti itu. Kalau yang lain …,” jawab Risma menggantung.

“Yang pasti, enggak separah kamu!” sahut Uni sambil berdiri, mengangkat dagu, dan berlalu.

***

Lihat selengkapnya