“Jon, lagi ngapain?”
“Biasa, main gitar.”
“Gun ada di situ?”
“Nggak. Kenapa?”
“Telpon nggak diangkatnya.”
“Mau bilang cinta, ya?!”
Anggun tertawa.
“What’s so funny?”
“Besok sore kalian ada waktu luang?”
“Banyaklah waktu luang. Mau nambah lampu lagi?”
“Aku ingin jumpa kalian di taman.”
“Taman mana?”
“Yang dekat dengan tempat tinggal kalian itu.”
“Nanti kuberitahu Gun. Eh Ros, ini betulan, loh! Dia suka kamu.”
Anggun tertawa lagi, “Besok-besok kita bahas.”
“That’s what friends are for.”
“Jangan lupa besok sore.”
“Oke.”
Tanpa terasa Sabtu tiba lagi besok. Janjian bertemu dengan Juang dan Joni mengenyahkan penatnya kesibukan selama empat hari berturut-turut di toko buku. Anggun ingin memanfaatkan dua hari liburnya untuk memikirkan plot novel barunya. Sekarang saatnya membaca coretan Arvin. Anggun segera membuka galeri foto di ponselnya lalu mulai membaca dari urutan pertamanya.
1. Papi bilang, sedang ada keributan di sini, kita harus pergi ke tempat yang aman, banyak orang jahat di jalan, Abang dan Adik bersembunyi di dalam kotak ini ya, jangan bicara sampai Papi membuka kotaknya, Papi dan Mama ada di samping kalian, tuh liat Mama juga bersembunyi di balik kotak. Dengan kardus kotak yang telah disobek-sobek Papi menutupi wajah Mama yang bersembunyinya dengan tidur di dekat kami. Sebelum ditutupi kardus kotak Mama bilang, abang jagain adik ya. Suara Mama kecil sekali.
2. Mobilnya mulai jalan. Di dalam kotak, panas. Abang mengintip keluar dari lubang-lubang kecil yang dibikin oleh teman Papi. Tadi Dia menusuk-nusuk kotaknya dengan obeng.
3. Banyak sekali orang di pinggir jalan. Mereka tertawa senang. Tangan mereka memeluk macam-macam barang-barang. Abang membuka tutup botol air minum karena Adik haus.