Gunawan dan Rosela

Dirman Rohani
Chapter #13

#13

Sebenarnya bawaan Juang tidak bedanya dengan Joni yang selalu punya bahan obrolan menyenangkan dalam segala situasi. Tapi hingga mobil yang dikemudikan Anggun keluar dari kompleks perumahannya dan meluncur di jalan raya, Juang masih terdiam. Tatapannya lurus ke depan tapi tampak kosong, sebab batinnya sedang menimbang-nimbang sesuatu—apakah hal yang ingin dibicarakannya akan membuat si pendengarnya senang, atau malah risih jadinya, namun pastinya bakalan membuat si pendengarnya kaget.

Sekaranglah waktunya. Tapi kalau ditolak ... malu juga. Ah, ada-ada aja ide si Joni ini. Juang tersenyum-senyum sendiri karena terngiang candaan Joni.

Namun, tiba-tiba jantungnya malah berdebar-debar. Ia segera memalingkan wajahnya ke kiri untuk melihat-lihat keramaian di luar, maksudnya sebagai pengalih. Tapi tetap saja perasaannya belum bisa tenang. Barangkali karena dirinya terlalu ngebet, ingin mengungkapkan perasaan pribadi kepada Anggun, begitu kesimpulan Juang.

Jangan sekarang lah! Masak sih ngajak jadian selagi dia sedang nyetir. Juang sengaja mengolok-olok dirinya sendiri buat lucu-lucuan agar terbebas dari rasa gundahnya.

Setelah saling diam selama beberapa menit, justru Anggun yang memulai obrolan, “Gun, ada sesuatu yang bikin aku penasaran saat di taman kemarin.”

“Kenapa?” Juang tampak lega, merasa baru saja terbebas dari sebuah situasi yang tidak menyenangkan baginya. “Ada yang angker di sana?”

Anggun tertawa kecil, “Bukan tamannya.”

“Atau mungkin Joni yang angker?”

“Bukan angker, tapi lucu. Aku bingung, kok motormu dibawa pulang Joni?”

“Pagi ini dia harus ke gereja.”

Anggun mengernyitkan dahi dan menoleh pada Juang sekilas, lalu kembali fokus menyetir. “Pasang lampu?” tanyanya kemudian.

“Beribadah.”

“O …. Kok waktu kalian pasang lampu di Legenda dia nanya musala?”

“Memangnya kenapa?”

Anggun terdiam sejenak lalu menyunggingkan senyum. “Nanyain buat kamu maksudnya, ya?”

“Kalau tidak dipinjamkan motor, dia bakal terlambat.”

“Ya, ya, aku paham sekarang.” Anggun mengangguk-angguk pelan. Aku memang masih belum tahu banyak tentang mereka, batinnya. Aku mengenal mereka baru dua minggu.

 “Tapi …” lanjutnya sesaat kemudian, “ada satu lagi, Gun.”

“Masih tentang lucunya Joni?”

Lihat selengkapnya