GUPTA

Melrasa
Chapter #2

1. Namanya Dipta Abimanyu

Seorang dengan hoodie hitam berjalan santai di koridor sekolah tatapan matanya yang tajam mampu mengintimidasi siapa pun yang menatapnya.

Ia memasuki kelas, kelas yang tampak ramai seakan tak menghiraukan kehadirannya. Ia berjalan menuju kearah kursinya, duduk dan tak menghiraukan teman temannya yang tengah berheboh ria di dalam kelas.

Selama hampir 5 tahun ini ia tak memiliki satu pun teman di hidupnya, sejak kejadian buruk itu menimpanya ia tak ingin menjalin hubungan apapun dengan orang lain. Kegelapan seakan melingkupi dirinya.

Sebuah suara mengalihkan pandangannya.

"Halo si upik abu," sapa seorang wanita dengan baju ketat dengan nada mengejek.

Seorang perempuan yang di panggil upik abu itu hanya tersenyum menanggapi sapaan itu.

"Aduh senyum mulu lo kira gue butuh senyuman lo!" Sentak seorang yang bername tag Shella itu.

Perempuan itu kembali tersenyum tak membalas ucapan para perempuan yang berpakaian ketat itu.

Laki laki dengan hoodie hitam itu menatap tajam kearah tontonan yang seakan santapan lezat untuk kumpulan anak populer itu.

Perempuan yang tak mengindahkan setiap ejekan yang ditujukan padanya hanya tersenyum ceria dan berjalan melewatinya, namun ketika hendak melewatinya sebuah kaki menghadang langkahnya hingga ia terjatuh dan sebuah tepung mendarat di tubuhnya disusul dengan berbagai cairan warna warni yang membuat tubuh perempuan itu tampak kacau.

Lama terdiam perempuan yang di guyurinya dengan berbagai hal menjijikan itu hanya tersenyum gamang dan membersihkan tepung tepung itu di mukanya.

Laki laki dengan hoodie itu mengeram kesal.

"Aduh upik abu maafin gue yah gak sengaja," ucap Shella dengan nada dibuat buat bersalah.

Setelah shella mengatakan itu laki-laki dengan hoodie hitam itu menarik tangan yang mereka bilang upik abu itu menjauh.

Mereka sudah sampai pada taman belakang sekolah, laki laki dengan hoodie itu menatap wajah perempuan yang sudah di lumuri tepung itu tersenyum padanya.

"Terima kasih," satu kata yang terucap pada bibir perempuan yang tersenyum itu.

Laki laki dengan hoodie hitam itu menatap tajam perempuan itu.

"Kalo ada yang nindas, harusnya lo lawan jangan hanya diam dan biarkan orang lain melakukan hal yang semena-mena sama lo!"

"Nenek ku pernah bilang ; kalo ada orang yang jahat sama kita jangan di jahatin balik, jadi apa bedanya kita sama dia? Dendam itu gak baik," jawabnya masih dengan senyum yang sama.

"Diam dan biarkan diri lo di tindas jauh lebih gak baik."

"Makasih udah bilang hal ini ke aku," ucapnya tersenyum.

Laki-laki itu memperhatikan senyum yang di tujukan perempuan itu padanya.

Lihat selengkapnya