GUPTA

Melrasa
Chapter #3

2. Kebahagiaan tak Berwujud

sekolah tempat yang menyenangkan untuknya.

Arunika berjalan menyusuri tiap-tiap rak buku dan mencari buku yang menarik untuk ia baca hingga bahunya tak sengaja menabrak bahu orang yang disampingya.

"Aduh tai!" Ucap perempuan itu.

"Maaf aku nggak sengaja," cicit Arunika pelan sembari tersenyum tipis.

"Iya gapapa, lain kali hati hati," ucap perempuan itu lalu berlalu di depan Arunika.

Arunika tersenyum singkat lalu mencari kembali buku yang ingin ia baca, setelah mendapatkan nya ia berjalan ke ruang baca dan duduk di salah satu kursi disana.

Setelah asik membaca buku Arunika sedikit terusik dengan suara gerutuan dari orang yang duduk di sebelahnya. Arunika menoleh dan terkejut melihat seseorang yang duduk di sampingnya.

"Kamu yang tadi yah?" Tanya Arunika polos.

Perempuan itu melepas headset miliknya dan menpause film yang tengah ia tonton.

"Iya."

"Aku Arunika," ucap Arunika sembari tersenyum.

Perempuan itu menatap kearah Arunika yang tersenyum padanya, selama ia bersekolah di SMA ini tidak ada orang yang ingin tersenyum padanya, semua orang menjauhinya, tidak ada yang ingin berteman dengan nya.

"Gue Anyelir," jawab Anyelir tersenyum tipis.

"Nama yang bagus, aku suka nama kamu Anyelir," ucap Arunika tersenyum manis.

"Makasih, nama lo juga bagus Arunika," ucap Anyelir membalas senyum Arunika.

"Panggil Aru aja yah Anyelir."

"Kalo gitu panggil gue Anye aja Aru."

"Iya Anye, kamu lagi nonton apa?" Tanya Aru pada Anye.

"Ini gue lagi nonton drama korea yang judulnya the heirs, gila parah dramanya keren banget, apa lagi liat suami kesayangan gue oppa Lee min ho," ucap Anyelir menggebu-gebu membuat Arunika tersenyum.

"Emang ceritanya gimana Nye?" Tanya Arunika polos.

"Sini sini gue ceritain, jadi tuh yah cerita ini nih kim tan tuh kan anak orang kaya jadi ada gadis yang tinggal dirumahnya namanya Eun sang, cinta mereka ini gak direstuin karna Eun sang ini anak pembantu dirumah kim tan, sedih banget kan! Emang apa salahnya sih kalo dia anak pembantu! Gak suka gue sama orang yang membeda bedakan status sosial!" Ucap Anyelir menggebu gebu.

"Anye suara kamu kecilin, atau gak kita bisa di usir sama petugas perpus," ucap Arunika pelan sambil terkekeh.

"Aduh iya gue lupa Aru, soalnya gue udah kesel banget sama orang yang selalu mandang status sosial!"

"Iya nye aku juga nggak suka, status itu buat manusia jadi sombong," jawab Aru tersenyum.

Anyelir mengangguk menyetujui ucapan Arunika.

"Aduh udah bel nih, masuk kelas yuk," Ajak Arunika pada Anyelir.

Anyelir mengangguk dan mereka berjalan bersama keluar perpustakaan.

"Lo kelas berapa?" Tanya Anye pada Arunika.

"Aku kelas 11 ipa 2, kamu?"

"Gue mah anak bandel Aru, jadi masuk 11 ips 2 dong," ucap Anye sambil tertawa jenaka.

Arunika membalas ucapan Anye sembari tertawa pelan.

"Aru, mau jadi teman gue?" Tanya Anyelir tiba tiba.

Arunika terdiam sebentar, setelah sekian lama akhirnya ada orang yang mengajaknya untuk menjadi teman membuat Arunika kesulitan memilih kata, hingga pada akhirnya dia tersenyum manis pada Anyelir.

"Mau, kita jadi sahabat yah mulai sekarang," Ucap Arunika tersenyum kepada Anyelir.

Mata Anyelir berkaca-kaca lalu memeluk erat Arunika.

"Terima kasih udah mau jadi sahabat gue Aru," ucap Anyelir bergetar.

"Aku yang berterima kasih sama kamu, sekarang masuk kelas yah, nanti gurunya udah keburu masuk."

"Eh iya, gue duluan Aru!" Lambai Anyelir menjauh.

Arunika menatap punggung Anyelir yang menjauh, lalu tersenyum.

"Terima kasih Anyelir."

-0-

Bel pulang sekolah sudah berbunyi, Anyelir berjalan keluar gerbang sekolah mencari angkot untuk dia pulang.

Saat melihat angkot dia memberhentikan angkot tersebut lalu duduk disamping seorang pria tua disebelah kirinya dan seorang ibu ibu duduk di samping kananya, angkot tersebut terlihat penuh, Anyelir menatap kedepan kearah supir.

Hingga sebuah tangan mengelus paha Anyelir pelan, Anyelir tersentak lalu mengeser tubuhnya kearah ibu ibu disebelahnya, lagi lagi tangan pria tua yang tertutupi jaket itu kembali mengelus pahanya, Anyelir seakan kehilangan suaranya untuk berteriak, matanya mulai berkabut karena air matanya. Hingga dengan tak terduga seorang laki laki memakai hoodie dongker menarik kerah baju pria tua itu.

"Mau nyari mati yah lo!" Teriaknya.

Lihat selengkapnya