Guratan Jingga

Claudia Lazuardy
Chapter #28

JAUH DARI MASALAH

Masjid Agung Natuna atau yang biasa disebut Masjid Raya Natuna tampak berdiri dengan kokoh. Gunung Ranai yang juga tak kalah gagah menjadi latar belakang masjid yang dilengkapi dengan gugusan awan. Bentuk bangunan masjid ini cukup mirip dengan Taj Mahal di India. Dengan satu kubah besar dan empat buah menara yang menjulang di empat sudut sisi masjid. Kubah masjid ini didominasi dengan corak berwarna hijau dan kuning. Sebelum memasuki area masjid, ada jalan dua sisi yang di tengahnya terdapat kolam panjang mirip sungai. Jalan dua sisi ini yang membuat bangunan masjid mirip sekali dengan bangunan Taj Mahal. Masjid ini juga termasuk masjid terbesar dan termegah di Kepulauan Riau. Sungguh pemandangan yang jarang sekali aku temui di Malang.

Kami semakin terpesona saat memasuki area dalam masjid. Kabarnya, area ini mampu menampung hingga enam ribu jamaah dengan posisi saf pertama yang berjumlah sekitar seratus delapan puluh jamaah.

“Kalau seluruh area masjid dibuat salat, bisa menampung berapa jamaah, Bang?” tanya Angga kepada Bang Rizal.

“Mungkin sekitar sepuluh ribu jamaah.”

Tidak lama setelah perbincangan singkat itu, azan penanda salat asar berkumandang dengan syahdu dari pelantang masjid. Gemaan suara itu mengelindan bersama udara dan menyusup di antara sepasang telinga siapa pun yang mendengarnya. Kami bergegas mengambil wudu. Lalu, berdiri berjajar rapi sesuai saf.

Selepas salat, aku dan Yoda kembali bekerja. Memotret si calon pengantin. Setiap sudut masjid ini memberikan kesan yang berbeda. Masih dengan posisi yang jungkir balik, aku dan Yoda bekerja secara maksimal untuk menghasilkan jepretan dan rekaman video yang memuaskan.

Kami menghampiri Bang Rizal dan Ayu yang sedang duduk di anak tangga memanjang di area luar masjid. Bang Rizal mengajak kami ke Kota Ranai untuk mencicipi mi lendir khas Kepulauan Riau. Radar doyan makanku seketika menyala saat mendengar Bang Rizal mengucapkan ‘makanan khas’. Menurutku, tidak ada yang tidak enak untuk semua makanan yang berlabel ‘makanan khas’ sebuah daerah. Apa saja akan kusantap selagi makanan itu halal.

Jalanan Kota Ranai bisa terbilang sangat sepi. Hanya ada satu perempatan yang terpasang lampu merah di kota ini. Selagi mobil yang kami tumpangi berhenti di perempatan berlampu merah itu, aku mengamati sekitar. Tidak ada kendaraan lain yang berhenti selain mobil van yang kami tumpangi. Kami juga tidak berusaha melanggar lampu merah, walaupun jalanan sedang sepi. Berbeda sekali dengan pengendara di Pulau Jawa. Pulau yang berpredikat sebagai pulau terpadat di Indonesia itu, terdapat tiga provinsi yang menduduki angka kecelakaan paling tinggi di Indonesia. Hal itu juga lantaran pengendaranya yang sembrono dan tidak tertib lalu lintas.

***

Warung mi lendir ini tidak terlalu besar. Masih belum tampak pengunjung yang memenuhi tempat ini.

“Aku masih enggak percaya bisa menginjakkan kaki di pulau ini,” celetukku seraya meluruskan kaki.

“Kapan lagi bisa berkelana ke ujung utara negeri,” sahut Bang Rizal.

Angga dan Yoda tampak mengangguk bersamaan.

Lihat selengkapnya