“Aku suka kamu jauh sebelum Ardian ....”
Aku tertegun. Bahkan, aku tidak berhasil menemukan rangkaian kata yang pas untuk menimpali pernyataannya barusan. Jadi, aku hanya diam terpaku.
Setelah beberapa saat hanya saling bertukar pandang. Aku mulai memutus keheningan. Aku tidak akan membiarkan aroma kegugupan ini semakin menjalar.
“Kamu serius? Bukan karena kebanyakan kopi, kan?”
Dia mendengus sebal. “Bah! Kamu masih aja enggak percaya sama aku?”
“Bukan begitu. Tapi, aku–”
“Iya, kamu mau menikah. Aku tahu.”
Aku menggeleng samar. “Aku memutuskan hubungan secara sepihak tiga minggu lalu.”
Astaga! Bahkan kalimat itu seperti langsung saja meluncur tanpa izin. Sebuah kalimat yang secara tidak langsung memberinya celah dan kesempatan untuk masuk.
Randy sontak terkekeh. “Berarti masih ada kesempatan?”
Aku menyeringai seraya menepuk kening beberapa kali. Ternyata tebakan Mas Aryo dan Yoda terbukti benar.
“Enggak! Yang benar aja. Tweety dan Sylvester itu enggak mungkin bersama.”
Randy mendengus sebelum meneguk kopinya. “Aku enggak semenyebalkan yang kamu pikirkan, Jingga.”
Benar. Bahkan, dia berhasil mengacaukan pendirianku akhir-akhir ini.
“Ada yang mau aku tanyakan lagi,” ucapku seraya menggenggam cangkir hot chocolate.
“Apa?”
“Apa kamu tahu alasan Papa-nya Ardian enggak suka sama aku?”
Randy lantas menyeringai. “Bah! Kamu masih aja memikirkan Ardian?.”
“Aku cuma penasaran. Peranmu jadi Sylvester itu sangat mendukung untuk melancarkan rayuan buat mejodohkan sepupumu itu sama Ardian.”
“Begini ....” Dia menggeser cangkir-cangkir kosong yang ada di hadapan kami, supaya agak menjauh ke samping. “Soal perjodohan itu. Aku sama sekali enggak ada niat buat merayu Papa-nya Ardian. Awalnya, Om Henri cuma tanya, apa aku punya saudara perempuan yang belum menikah dengan beberapa rincian persyaratan tertentu. Aku jawab punya, dong. Kenyataannya memang punya. Walaupun, ada satu dua syarat yang enggak masuk. Aku sempat tanya buat siapa. Dia bilang mau jodohin seseorang. Akhirnya, kami buat janji ketemu di resto. Barulah aku tahu seseorang yang dia maksud itu anaknya sendiri. Ardian. Kalau tahu gitu ceritanya, aku enggak bakal buat janji ketemu.
“Kalau soal alasan enggak suka itu, aku juga enggak tahu. Kalau dilihat dari persyaratan yang diajukan Om Henri, kamu malah hampir memenuhi semua kriterianya. Cuma dua poin teratas yang enggak memenuhi syarat.”
“Apa itu?”