“Target gue selanjutnya Daniel Wicaksono.”
—Kirana
Erina Gutawa—Nawa, adalah wanita 22 tahun yang punya ciri-ciri fisik khas keturunan Tionghoa. Ia berkulit kuning langsat, matanya sipit, dan hidungnya kecil. Bibir Nawa tipis, rambutnya hitam panjang dan sering terikat ke belakang. Ia juga memiliki alis yang tebal natural, semua perpaduan itu membuat wajahnya bisa dibilang rupawan. Walaupun memiliki perawakan yang terbilang kurus, Nawa merupakan seorang kriminal profesional yang bekerja untuk Black Hole.
Black Hole adalah organisasi mafia yang sudah menguasai seluruh Jakarta di tahun 2026 ini. Nawa bisa merasakan bahwa Black Hole semakin berkembang, mereka mengendalikan pasar obat-obatan terlarang, perdagangan senjata api, rumah bordil, dan tetek bengek bisnis ilegal lainnya. Nawa sendiri memiliki peran sebagai anjing pelacak, jika ia mendapatkan daftar nama dari atasannya, maka Nawa akan melacak seluruh informasi orang tersebut menggunakan kemampuan meretasnya.
Pukul sebelas siang wanita itu duduk di depan monitor di dalam kamar, menonton berita kriminal yang menyiarkan pembunuhan. Seorang aktivis meninggal di rumah, polisi menjelaskan ada tanda cap bergambar matahari di dada korban. Lagi-lagi pembunuh berantai yang dijuluki Kirana telah berhasil mengeksekusi korbannya dan lolos dari kejaran polisi. Meski nama korban disamarkan, Nawa tahu bahwa korban bernama Adi Nugroho.
Adi adalah seorang dosen 35 tahun yang kerap menyuarakan penolakannya terhadap aktivitas Black Hole di Jakarta Timur. Seminggu yang lalu, Nawa mendapatkan tugas untuk mencari informasi pribadi Adi Nugroho, setelah mendapatkannya, ia memberikan informasi itu pada Kirana, kemudian inilah yang terjadi.
Nawa menyesap kopi hitamnya yang terasa terlalu manis, ia mengernyit pada rasanya, tetapi menyesap lagi karena malas membuat kopi yang baru. Kemudian bel rumah berdenting, Nawa pun melihat monitor lain yang terhubung pada kamera pengawas, ia melihat seorang wanita berambut pendek berdiri di depan pintu, memegang parsel berisi banyak makanan dan satu botol anggur.
Kakak, batinnya. Wanita itu adalah adalah Kirana, kakak Nawa selisih dua tahun. Nawa pun bergegas keluar dari kamar dan melewati ruang tengah yang gelap. Ia membukakan pintu untuk kakaknya.
“Nawa, cepetan pegangin! Berat, ih,” pinta Kirana.
Nawa menerima parsel itu dan menutup pintu setelah Kirana masuk ke dalam. Wajah Kirana tidak ada mirip-miripnya dengan Nawa, Kirana punya lesung pipi yang lebih kental dari Nawa dan gingsul yang membuat senyumnya lebih manis. Rambut Kirana pendek sebahu, kulitnya pucat, dan bibirnya tebal sensual.
Parsel besar ditaruh Nawa di atas meja, kemudian mereka berdua duduk di sofa ruang tengah. Nawa memperhatikan punggung tangan kanan kakaknya yang memiliki tato lubang hitam seukuran koin—tanda keanggotaan Black Hole, Nawa juga punya satu di punggung tangan kanannya.
“Lo udah makan?” tanya Kirana, wanita itu melepas sweter dan bersandar di sofa.
“Udah, Kak,” jawab Nawa. “Lo udah?”