Sisko tak bisa memaksa mereka. Dia hanya bisa menawarkan bantuan, tetapi bukan mengharuskan mereka menerima bantuannya. Dia pasrahkan harapannya kepada kehendak anak-anak yang dia bujuknya itu. Baginya, penolakan bukan sesuatu yang sangat mengerikan. Bahkan sejak ia lahir, hidupnya ditolak, tetapi pada kenyataannya dia tetap hidup sampai sekarang.
Meskipun demikian, karena masih menaruh harapan pada keempat orang ini dia menuliskan surat kepada anak-anak itu.
"Kalian luar biasa! Tuhan memberi kita masing-masing talenta. Kita memiliki kelebihan dan tentu kekurangan yang tidak sama. Kalian adalah empat orang yang sangat kompak ketika melakukan sebuah operasi pencurian. Bahkan aku menyadari dompetku hilang sekian lama setelah kejadian. Kalian tahu bagaimana mengambil kesempatan saat seseorang lengah.
Ipeh, kamu sangat cepat. Feri, kamu mewarisi jiwa arsitek ayahmu. Detil dan indah. Latief nyalimu sungguh besar. Dan Penta, aku tahu kamu sebenarnya sangat cerdas. Terlebih lagi, kalian hebat karena kalian tahu apa kelebihan yang kalian miliki.
Aku tahu kalian bukan orang jahat. Kalian sesungguhnya baik, hanya saja kalian belum mendapatkan sebuah kesempatan membuat karya yang lebih indah dengan talenta kalian itu.
Setiap talenta yang Tuhan berikan itu akan berkembang jika kalian gunakan untuk kebaikan. Jangan membuat orang susah karena kelebihan kalian. Buat orang lain bahagia karena kelebihan kalian itu.
Kalian tidak akan pernah tahu, mungkin mereka yang kalian bantu adalah satu-satunya orang yang akan membantu kalian di lain hari. Bisa saja mereka yang tidak kalian bantu akhirnya susah selamanya dan tidak memiliki kesempatan membantu kalian suatu hari nanti.
Entah seburuk apa sekolah lama kalian memandang, aku dan teman-temanku di sekolah tidak pernah sekalipun mengeluarkan murid. Apapun yang murid kami lakukan.
Mungkin karena muridnya terlalu sedikit atau mungkin karena kami merasa mengusir anak dari rumah karena kegagalannya sendiri dalam mendidik, adalah hal yang sangat konyol.
Bahkan aku juga tak sebaik yang orang bayangkan sewaktu seumuran kalian. Setiap orang selalu memiliki kesempatan untuk menjadi lebih baik. Karena hakekat manusia memang seperti itu. Maukah kalian mencoba lagi mempelajari indahnya kehidupan ini?"
-Sisko-
Mendung menggelambir. Dekat, sangat dekat dengan tanah bila di lihat dari kejauhan. Dia pulang dengan senang disertai bimbang. Dari kelima anak yang dia temui tak satupun jawaban 'ya'. Mereka punya permasalahan yang sebenarnya mirip. Mereka sama-sama trauma terhadap tempat yang dinamakan sekolah.
Sisko tetap yakin, karena kedatangannya ke desa itu bukan tanpa alasan. Dia sangat yakin karena pernah melihat kemiripan apa yang dia alami hari ini dengan mimpi yang ia alami. Sisko sangat percaya bahwa mimpi adalah bunga tidur dengan berbagai macam jenis pesan.
Mimpi yang dekat dengan saat memulai tidur adalah mimpi yang masih terikat dengan kehidupan nyata. Hal yang sering dialami pada tahapan ini adalah ketika seseorang tersandung dalam alam mimpi dan terbangun sesaat setelah menggerakkan kaki pada alam nyata.
Tahap berikutnya adalah mimpi gambaran hidup yang sedang dialami. Kegelisahan di alam nyata terbawa di alam mimpi. Biasanya hal berat yang dipikirkan sebelumnya akan terbawa dalam mimpi.
Tahap selanjutnya adalah masa depan. Mimpi ini merupakan gambaran yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Meskipun mimpi tidak bisa diterjemahkan secara mentah, karena dalam mimpi sebuah pesan dienkripsi menjadi pesan yang tidak seratus persen sama.
Tahap mimpi yang terakhir merupakan titik balik tahap mimpi yang pertama. Mimpi kita kembali terikat dengan dunia nyata. Biasanya orang yang bermimpi pipis akhirnya mengompol. Orang yang bermimpi berenang ternyata diguyur air. Orang yang mimpi jatuh dari gedung ternyata jatuh dari tempat tidur.
Sisko mencoba kembali mendekripsi pesan dalam mimpinya dan sangat yakin bahwa masa depan pencarian murid ini akan berjalan baik.