GURU

Di Pindho Bismoko
Chapter #10

Harapan Menjauh

Mendungnya pagi seolah mengisyaratkan padanya akan kabar buruk yang segera mendekat ke telinganya. Di sisi lain, mendung menghindarkan manusia dari panasnya matahari sehingga hari-hari di negara beriklim tropis ini lebih dingin.

Artinya, hal baik bisa saja terjadi. Sisko sangat peka dan percaya pada pertanda. Baginya alam selalu membisikkan rahasia Ilahi. Setiap tanda selalu ia kaitkan pada harapan yang dia yakini.

Pagi ini adalah pagi yang sangat menentukan bagi dirinya. Seperti pagi-pagi di tahun sebelumnya. Segala harapan dan perjuangan akan terlihat pagi ini. Adakah buah dari perjuangan yang bisa ia panen?

Di pangkal kegiatan belajar mengajar hari ini akan datang pengawas dari dinas untuk melihat kondisi sekolahan yang setengah mati mempertahankan hidupnya ini. Mereka akan melihat apakah sekolah ini pantas diperjuangkan untuk tetap hidup atau tidak.

Harapan Sisko memang tidak berdasar, tanpa logika. Dari enam orang yang ditemuinya hanya satu orang yang memberi kepastian, itupun bukan kepastian untuk datang melainkan kepastian untuk tidak datang.

Ada kesepakatan beberapa orang pesimistis yang mengatakan bahwa ketidakpastian sesungguhnya hanya menunda kata 'tidak'.

Ya, dalam kasus ini kemungkinan sangat besar bahwa dari enam calon murid yang ia bujuk itu tak satupun akan datang merubah pikirannya.

Sayangnya, Sisko bukan salah satu yang menyepakati konsensus itu. Dia akan tetap percaya pada harapannya, meskipun kemungkinannya hanya satu persen.

Optimismenya bagaikan rintangan menuju puncak Jayawijaya yang hanya ditaklukan oleh sedikit orang. Tak seorangpun bisa menggoyahkan keyakinannya, pun istrinya yang setia menemaninya.

Pandangannya masih melukiskan kecemasan, keringatnya mulai membuat jalan, lalu meluncur deras ke seluruh tubuhnya. Kemejanya basah kuyub seperti baru saja terguyur hujan badai. Nafasnya ngos-ngosan.

Lihat selengkapnya