GURU

Di Pindho Bismoko
Chapter #15

Domba Hilang

SMP Bellarmino kini tak ubahnya realita yang terjadi di dunia ini. Mereka yang berseberangan memilih untuk berperang ketimbang mendirikan sebuah jembatan untuk saling berkunjung, bersilaturahmi, dan memahami. Mulai dari perbedaan ideologi, perbedaan agama, suku, ras, hingga yang remeh-temeh seperti bubur diaduk atau tidak diaduk. Hidup berdampingan dengan yang berbeda adalah sebuah keniscayaan. Kalau seseorang ingin semua sama, ia sudah semestinya hidup sendirian sepi di dunia ini.

Ada beberapa teori yang mengatakan bahwa apabila ada musuh bersama maka kelompok yang berseberangan itu akan bersatu. Ada yang berseloroh, alien akan menjadi musuh bersama yang membuat kita umat bumi bersatu tanpa peperangan. Antar manusia bumi, namun tetap saja ada perang. Namun bagaimana jika perang dengan alien tak berkesudahan dan tetap menimbulkan penderitaan?

Bagi Sisko, musuh bersama itu tidak boleh seseorang atau sekelompok tertentu. Ia menyadari ada benarnya teori itu, namun yang harus membuat orang-orang bersatu adalah sebuah masalah bersama. Beberapa orang berpendapat bahwa naik gunung adalah salah satu cara mengetahui dan menyadari karakter masing-masing dan melatih teamwork. Di tempat itulah akan muncul masalah bersama.

Sisko mulai prihatin dengan kondisi anak-anak yang mulai terpecah belah. Ia memutuskan untuk membawa mereka ikut perkemahan, saat para guru sibuk koreksi hasil ujian untuk dimasukkan ke dalam rapor siswa. Namun sebelumnya ia mengajak untuk mendaki sebuah pegunungan melewati hutan-hutan. Karena musim kemarau sudah tiba, ia berharap tidak terlalu berat bagi anak-anak.

Sebuah bus kota sudah diparkirkan di depan halaman sekolah mereka. Mesin sudah nyala dan siap berangkat.

"Maafkan saya Pak. Saya terlambat", kata Domi.

Sisko melihat Domi yang tergopoh-gopoh itu hanya tersenyum lalu berkata, "Cepat masuk! Teman-teman sudah menunggu."

Hanya sekali Domi tidak terlambat datang ke sekolah, yaitu saat pertama kali ia datang ke sekolah. Itupun karena ia sengaja tidak tidur supaya datang lebih awal dari pengawas yang berkunjung ke sekolah itu. Sulit baginya untuk bangun lebih pagi.

Teman-teman lain sudah menunggunya, muka mereka kusut karena kesal dengan Domi. Koko memanggil Domi untuk duduk bersebelahan dengannya. Situasi memang cukup tegang antara kedua kubu setelah perkelahian Timur dengan Penta, apalagi bagi mereka yang tidak mendukung keduanya.

Jarak yang harus mereka tempuh agar sampai ke tempat berkemah sekitar sepuluh kilometer, dengan berbagai rintangan yang ada di hutan. Mereka telah sampai di kaki pegunungan itu dan siap untuk mulai perjalanan.

"Kita akan berjalan kaki mendaki untuk mencapai tempat berkemah. Sebelumnya kita harus pemanasan dulu supaya tidak terjadi cedera", Sisko memberi pengarahan sebelum mereka memulai berjalan.

Setelah melakukan pemanasan dan beberapa pengarahan yang harus dilakukan dan jangan dilakukan, mereka bergerak masuk ke hutan pinus itu.

Di sepanjang perjalanan, mereka terpukau oleh indahnya pepohonan pinus yang seolah tertata rapi dan indah itu. Nyanyian tonggeret dan burung-burung yang beraneka warna suara.

Lihat selengkapnya