GURU

Di Pindho Bismoko
Chapter #16

Pandangan Kosong

Matahari tidak mau menunggu hanya untuk segelintir orang. Ia bergerak tanpa memperhatikan perasaan orang per orang. Itulah hal yang adil menurut-Nya. Toh bagi yang merindukan matahari, rembulan selalu menyampaikan sinarnya kepada mereka. Matahari pergi, namun tak benar-benar pergi. Bagi mereka yang sangat mengandalkan sinar itu, kepergiannya adalah kisah horor. Sama seperti yang Sisko rasakan. Ia percaya Koko mampu memimpin mereka, tapi tanpa matahari, ia agak ragu.

Timur yang keras kepala mencari Yayuk, membuat Koko dan teman-temannya makin kebingungan. Koko berusaha menenangkan mereka, lalu menarik Domi untuk berdiskusi. Hanya orang-orang netral yang bisa berpikir jernih dalam kondisi seperti ini.

"Bagaimana menurutmu, Dom?"

Domi adalah anak yang paling santai, ia sangat tenang namun terkadang cenderung tidak peduli. Koko merasa tenang saat berbicara dengannya, karena tak ada raut wajah khawatir yang dapat menggandakan miliknya. Gelagat Domi mulai aneh. Ia berjalan-jalan mondar-mandir sambil menepuk paha kanannya berulang kali. Wajahnya tetap tidak panik, melainkan penuh inspirasi.

"Yo, aku tahu kamu selalu bawa cat kemana-mana. Ah, kamu memang pekerja terbaik. Hahaha", ungkapnya sambil tertawa yang tidak memperbaiki kepanikan yang lain.

Karyo memiliki sampingan untuk bekerja pada industri kerajinan patung. Itulah yang membuatnya makin mencintai dunia seni. Domi tidak sedetil Koko, namun dia memperhatikan teman-teman yang sejenis dengannya, menyukai seni.

"Buat apa?" tanya Karyo.

"Ahonk! Yo maannn...kamu kan anak pedagang petasan terbesar se-kecamatan. Hahahaha. Kamu pasti bawa kembang api lontar kan? Aku tahu itu! Momen mencapai puncak memang patut dirayakan!" Domi melanjutkan, "Kita bisa memanfaatkan kembang api itu supaya mereka tahu lokasi kita, apabila kita kehilangan jejak kembali. Cat Karyo bisa kita pakai untuk menandai jalan kembali ke tempat ini. Namun aku harap kita tidak terpisah di jalan."

"Jadi maksudmu kita akan mencari mereka?" tanya Koko. "Bukankah itu tidak sesuai dengan yang dikatakan Pak Guru?"

"Tetapi saat ini kamulah pemimpinnya. Kita melakukan apapun yang kamu putuskan. Apakah kita akan diam saja membiarkan Guru kita kesulitan?" balasnya.

Lihat selengkapnya