Guruku Yang Hilang Dalam Pandemi

ajitio puspo utomo
Chapter #3

Bagian tiga: Burung-burung kecil (2)

Harmonika jenis diatonik dengan kunci dasar C adalah harmonika dasar bagi segala pemula. Biasanya. Dengan ada sepuluh lubang tanpa sekat atas maupun bawah, cocok untuk mengiring musik-musik blues dan jazz. Walaupun bukan hanya kunci dasar C saja yang dapat mempengaruhi genre dan nada-nadanya, memang jenis harmonika banyak dan bermacam nada dasar. Namun pemilihan suara bagi para pemula harmonika jenis diatonik dengan nada dasar C, selayaknya busur panah yang mengarah tepat ditarget buruan. Pas. Lain halnya dengan harmonika tremolo serupa tapi tak sama, harmonika tremolo, harmonika jenis ini mungkin bisa dikatakan sebuah alat pengkhususan bagi iringan musik klasik, seperti orkestra-orkestra. Dalam segi bentuk harmonika tremolo memiliki perbedaan yang mendasar, adanya sekat atas dan bawah, lubang sebagai kunci dari nada-nadanya pun banyak bahkan setahu ada yang lebih dari sepuluh lubang.

Yang dimiliki Yandi adalah harmonika diatonik dengan kunci dasar C dari merek cowboy merek murahan. Katanya. Tofa sendiri selalu berulang-ulang meminjam harmonika Yandi tak terkecuali sore ini Tofa selalu ingin mencoba, bocah dengan hidung sepanjang pucuk sepatu dengan sorot matanya yang tajam dibalut kulit halus lagi putih, bisa dibilang perawakannya lebih kepada perawakan anak-anak kota bukan anak desa pada umumnya. Terhitung payah dalam hal seni musik atau bahkan hal-hal yang berbau seni, dia tak mempunyai bakat sama sekali. Tak pandai menggambar, memegang alat musik. Walaupun dia sangat suka sekali mendengar bunyi nada-nada dan irama yang padu menjadi sebuah kesatuan musik, kemudian juga dia sangat senang memanjakan matanya dengan gambar-gambar, apalagi mural pada dinding-dinding tembok. Tapi semua itu bertolak belakang dengan kebisaan-nya pada kesenian. Tofa sama sekali payah sepayah-payahnya. Namun jika dalam urusan pelajaran otaknya menyamai sinar cakrawala yang tak menyilaukan dalam kegelapan kebodohan. Selayaknya lampu cempor pada satu ruangan yang terangnya hangat memenuhi ruangan itu.

Memang mereka berbeda sekolah, Bagus sendiri bersekolah disekolah desa bersama Yandi sedang Tofa karena berasal dari keluarga berada, dia disekolahkan di sekolah kota yang berbayar. Dengan guru-guru yang mempunyai standarisasi tersendiri dalam hal pengajaran maupun kualitas dari guru tersebut. Dengan kata lain hanya guru dengan mutu terbaik saja yang bisa mengajar disekolah Tofa. Namun semua kurikulum sekolah yang diampuh semuanya sama. Disekolah kota maupun sekolah desa, masih kurikulum sekolah dasar yang diberikan pada menteri yang sama dengan materi yang sama. Yang membedakan adalah betapa

 Pernah Bagus bertanya tentang beberapa rumus diameter lingkaran pada soal matematikanya yang dia tak paham.

“Aku sama sekali tak mengerti pelajaran ini Fa, jika saja aku sudah paham menentukan kelilingnya maka luasnya aku tak mengerti, begitupun dengan jari-jarinya.”

“Baiklah dengarkan.”

Maka Tofa memberikan Bagus les khusus, retinanya membesar mendengar penjabaran dari temannya itu, pertanda bahwa Bagus kagum. Dia menjabarkan segala yang dia tahu dengan bahasa mudah nun sederhana.

Katanya.

Lihat selengkapnya